Minggu, 13 April 2014

Laporan Analisis Hasil Wawancara Terhadap Pendidik Pedagogi

Laporan Analisis Hasil Wawancara Terhadap Pendidik Pedagogi


Bab I
Pendahuluan

Pahlawan tanpa tanda jasa adalah pepatah yang sering digunakan untuk menggambarkan sesosok pendidik yang sangat berjasa bagi para generasi bangsa. Guru merupakan pendidik yang dengan senantiasa memberikan waktunya untuk menyampaikan ilmu-ilmu bagi anak-anak negeri yang butuh pengetahuan demi kemajuan bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru memiliki definisi orang yang pekerjaannya adalah mengajar. Guru tidak dapat disamakan hanya dengan buku yang bisa ‘berbicara’ atau sebuah piringan hitam animasi yang bisa menyiarkan substansi pelajaran ke pemirsa yang tidak diketahui. Namun ia masuk ke dalam dialog, di mana dialog ini jauh dari hanya sekadar berbicara melainkan apa yang diajarkan ditularkan hampir tidak sadar dalam pertukaran pribadi antara guru dan siswa (Danim, 2010).

Guru tidak hanya sebatas pengajar didik yang bekerja di sekolah. Banyak juga guru yang justru bekerja di luar sekolah, misalnya di tempat kursus bimbingan belajar. Meskipun tempatnya berbeda, namun tujuan mereka tetaplah sama. Mentransferkan ilmu yang mereka miliki untuk para siswanya agar berguna di kehidupan mereka kelak. Meskipun mungkin ada di antara banyaknya guru memiliki motivasi yang berbeda-beda, namun setidaknya dapat dipastikan yang mereka lakukan adalah sama, yaitu mengajar. Mengajar sendiri menurut KBBI memiliki arti memberikan suatu pelajaran kepada orang lain.

Di salah satu kursus bahasa Inggris di kota Medan, terdapat seorang guru yang merasa bahwa mengajar sudah seperti drugs baginya. Beliau sangat suka mengajar. Di samping itu, Beliau telah memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama, 22 tahun. Meskipun latar belakangnya tidak berasal dari Fakultas Keguruan, namun jiwa mengajar yang Beliau miliki mengantarkannya menjadi seorang pendidik profesional dengan pengalaman yang cukup banyak. Beliau pernah mengajar dari rumah ke rumah, di tempat kursus, di sekolah, dsb. Tidak sedikit dari siswa-siswanya kini telah beranjak dewasa namun masih menjalin hubungan yang sangat baik dengannya. Hal ini dikarenakan dirinya yang tidak membuat jarak dengan para siswa. Dengan mencintai dan dicintai siswanya, Beliau meyakini dirinya bahwa hal tersebutlah yang mampu mempermudah para siswa untuk mencintai pelajaran yang dibawakannya. Oleh karena itu, Beliau tidak pernah berhenti mengajar, karena ia mencintai siswanya, dan merasa terpanggil untuk terus mengajar, karena mengajar merupakan bagian penting bagi hidupnya dan memberikan warna tersendiri untuk kehidupannya.

Bab II
Hasil Wawancara

Identitas Guru
Nama (inisial)              : F
Usia                            : 42 Tahun
Jenis Kelamin              : Perempuan
Pendidikan                  : -S1 Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Inggris USU
                                     -S2 Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Inggris-Inggris Terapan
Pekerjaan                    : Karyawan; Guru private bahasa Inggris
Lama Mengajar           : 22 Tahun

Di hari Kamis sore pada akhir bulan Maret 2014, saya melakukan sebuah wawancara terhadap seorang guru Bahasa Inggris di salah satu tempat kursus bahasa Inggris di kota Medan. Pada wawancara tersebut, ada beberapa pertanyaan yang saya tanyakan kepada Beliau berhubungan dengan proses pembelajaran dan pendidikan yang telah 22 tahun belakangan ini Beliau geluti.

Di awal wawancara, terlebih dahulu saya membuka kegiatan ini dengan salam pembuka dan perkenalan diri saya selaku mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang hendak melakukan wawancara terkait dengan salah satu tugas di mata kuliah Pedagogi. Selanjutnya sayapun menanyakan beberapa hal mengenai latar belakang Beliau sebagai seorang pengajar. Berikut kutipan wawancara yang saya lakukan :
            “Sebenarnya Miss (panggilan para siswa kepada Beliau) enggak ada latar belakang pendidikan yang bersangkut paut dengan dunia mengajar, Miss berkuliah tidak di  jurusan keguruan. Namun kebetulan saat kuliah, Miss dapat kesempatan mengajar sekitar semester 2, itu tahun ’92. Sebenarnya awalnya nerima tawaran ngajar,  sebagai mahasiswa ya kalau ngajar kan lumayan untuk nambah-nambah uang saku, bayar uang kuliah. Tapi malah ketagihan, ketagihan, ketagihan, akhirnya pas tamat kuliah tetap ngajar. Ibaratnya ngajar itu buat Miss kayak drugs, bikin addicted. Mau gimanapun karena udah ketagihan jadi ujung-ujungnya pasti maunya ngajar lagi.”
           
Setelah penjelasan mengenai latar belakang Beliau sebagai seorang pengajar, saya cukup terkesima dengan penuturannya. Dari sebuah pekerjaan yang awalnya diambil dengan niat untuk sekadar menambah uang saku, namun lama kelamaan menjadi ketagihan, bahkan hingga selesai kuliahpun Beliau masih melanjutkan pekerjaan tersebut. Sedikit kaget dengan kenyataan bahwa Beliau telah lama mengajar. Prediksi awal saya pada saat bertemu Beliau beberapa waktu lalu, usia Beliau sekitar 20an tahun, namun siapa sangka bahwa Beliau telah memasuki usia 42 tahun.
            “Banyak memang yang kaget kalau Miss bilang usia Miss 42 tahun. Siswa Miss ya kayak kamu juga, awalnya ga percaya, apalagi Miss juga masih heboh dengan Korean Wave, masih mau diajak jalan bareng, makan bareng. Maybe, because i love my job, i love my students, jadi Miss ga keliatan tua. Hahaha”
           
Selanjutnya, saya menanyakan mengenai pandangan Beliau terhadap pendidikan. Beliau mengatakan bahwa menurutnya terdapat 3 poin penting yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan, yaitu sistem, kualitas pengajar, dan fasilitas. Berikut kutipan singkat wawancara :
            “Kalau menurut Miss, berbicara tentang pendidikan sih ada beberapa hal yang penting untuk jadi pembahasan. Sistemnya, kualitasnya, fasilitas juga. Mungkin banyak orang yang berpikir fasilitas adalah hal yang utama, kalau Miss justru berpendapat sistem yang pertama. Ada kualitas dan fasilitas tapi sistemnya ga benar ya sama aja. Kita bisa lihat sendiri kan gimana Indonesia sekarang. Ganti menteri ganti juga sistemnya. Dan kalau dibandingkan dengan luar negeri, sistem kita ga se-simple yang di luar dan ga fokus. Kalau di luar sana, anak dari awal udah diarahkan untuk fokus ke satu hal. Misalnya dia tertarik ke Art, bagian apa dulu, film misalnya, pelajaran kayak biologi ya ga perlu. Tapi matematika tetap lah ya itu basic. Dan karena Miss dari bahasa Inggris, Miss lebih ngeliat kualitas sebenarnya. Guru bahasa Inggris banyak, tapi yang berkualitas sedikit. Kualitasnya sendiri ya balik ke diri masing-masing guru tersebut   lagi. Dan juga banyak kan kita lihat sekolah gurunya yang bagus ada tapi sistemnya yang ga bagus, ga maksimal juga. Kalau fasilitas malah Miss sekarang mulai mikir, orang bisa belajar di mana aja kok. Jadi ga mutlak harus terlalu fokus di fasilitas. Itu   ngikut dengan sendirinya. Mendukung iya, tapi ga mutlak.”
           
Ditanya mengenai motivasi yang mendasari hal tersebut, Beliau berpendapat bahwa pengalamanlah yang mengambil andil besar. Pengalamannya selama bersekolah dahulu dan membandingkan dengan apa yang dilihatnya pada siswa-siswa yang belajar di sekolah saat ini yang akhirnya membuat Beliau berkesimpulan bahwa ketiga hal di atas yang mempengaruhi seorang anak dalam dunia pendidikan, apakah dia berhasil atau tidak.
            “Pengalaman yang bikin Miss mikir 3 hal itu. Dulu, Miss SD dan SMP di sekolah yang mayoritas orang Chinese. Kualitas gurunya, cara guru mengajar, itu yang membuat siswa-siswanya bisa paham maksud yang ingin disampaikan guru. Padahal dulu dalam satu kelas ada 60 anak, tapi hampir semua anak bisa ditandingkan dengan sekolah lain. Tapi sekarang, dengan jumlah siswa yang cuma 15 pun, banyak juga yang bahasa Inggrisnya ga lebih bagus dari anak yang belajar di kursus, karena cara guru mengajar di sekolah ga pas. Jadi harus ada kursus tambahan untuk mengejar ketertinggalannya.”
           
Kemudian, saya juga menanyakan kepada Beliau dari sudut pandangnya sebagai seorang guru, bagaimana menurutnya mengenai siswa-siswanya saat ini. Menurutnya, saat ini banyak sekali peserta didik yang kurang motivasi. Latar belakang keluarga dari siswa mempengaruhi bagaimana si anak termotivasi dan sadar akan kemampuan dirinya sendiri. Kebanyakan anak yang dari keluarga berada namun dengan orang tua yang sibuk cenderung kurang motivasi dan anak yang berasal dari keluarga akademisi justru jauh lebih unggul dan mandiri.
            “Kurang motivasi belajar, faktornya banyak, salah satunya bisa karena kesadaran diri sendiri juga. Miss banyak ngajar anak-anak yang dari keluarga berada. Orang tuanya sibuk jadi kurang memotivasi anak, si anak jadinya udah terlena sama fasilitas, ga sadar kalau sebenarnya mereka mampu mengejar ketertinggalan kalau mereka mau lebih berusaha. Justru yang dari keluarga akademisi lebih sadar dan menonjol di pelajaran. Mereka juga cenderung lebih mandiri juga.”
           
Saya juga menanyakan mengenai filosofi Beliau dalam mengajar. Beliau memiliki filosofi yang cukup unik. I love my student. Beliau sangat menyayangi siswanya. Itu yang membuat Beliau terus menerus mengabdikan diri sebagai seorang pengajar.
            “Mungkin filosofi Miss agak aneh, i love my students. Itu aja. If i love my student, i don’t have to tell them but they can feel it.
           
Hal ini dikarenakan pada awalnya Beliau bukan merupakan seorang siswa yang pintar, namun dengan memiliki seorang guru yang menyayanginya, ketika dia merasakan perasaan disayangi oleh sang guru, hal tersebut memberikan motivasi baginya untuk terus belajar dan namanya selalu diingat oleh sang guru. Namun, ketika SMA, Beliau bersekolah di SMA negeri di mana gurunya tidak sepeduli gurunya di SD dan SMP, motivasinya menurun. Beliau jadi tidak segiat sebelumnya untuk bisa tampil agar dikenal oleh guru. Karena itulah Beliau berkesimpulan bahwa dengan menyayangi siswanya dengan tulus, dan para siswa dapat merasakannya, maka dengan sendirinya siswanya akan mudah untuk diajarkan. Karena itu pula Beliau selalu mencoba untuk membuat para siswanya nyaman akan keberadaannya. Bahkan Beliau pernah berhasil membuat salah satu siswanya yang sebelumnya diketahui sangat malas, namun setelah Beliau mulai mengajar, anak tersebut mengikuti lomba bahasa Inggris, bahkan siswa tersebut merasa bersalah karena tidak bisa menjadi juara.
            “Pernah Miss ngajar di kelas yang siswanya bandel-bandel, ada satu anak memang paling bandel, tapi Miss coba dekatin mereka satu persatu, Miss kaget ga taunya si anak malah ikut perlombaan, lupa apa lombanya kemarin itu. Dan dia minta maaf sama Miss berkali-kali karena gagal untuk jadi juara. Buat Miss, dia udah mau jadi lebih baik aja jadi satu kebahagiaan tersendiri”
           
Pengalaman yang dialaminya semasa sekolah, dengan membandingkan antara masa SD dan SMP yang memiliki guru dengan tingkat kepedulian tinggi terhadap para siswanya, dibandingkan dengan masa SMA yang cenderung cuek terhadap siswa yang biasa-biasa saja ternyata dirasakan memiliki efek yang sangat besar. Hal ini juga menjadi pengalaman yang memotivasi Beliau untuk tidak mengulangi hal yang sama dengan yang dilakukan guru SMA nya. Dengan begitu, siswanya akan dapat lebih mudah memahami pelajaran, dan Beliau mampu untuk menjadi guru yang berkualitas.
           
Mengenai pendekatan yang digunakan, Beliau lebih cenderung menggunakan pendekatan psikologis. Di mana kedekatan yang terjalin lebih menjadi fokus utama sebelum mengajar kepada siswanya. Baginya, apabila siswa telah dekat dan nyaman dengannya, maka pelajaran yang diberikan akan mudah tersalurkan. Biasanya, Beliau juga akan lebih cenderng mendekati siswa yang ekstrim negatif, dalam artian, siswa yang bandel, nakal, diam, ataupun malas. Karena anak yang demikian itu menurutnya bukanlah anak yang bodoh tetapi memiliki permasalahan.
            “Miss akan mendekati anak-anak yang bandel, nakal, diam, malas. Mereka ga bodoh, mereka pasti punya masalah. Anak yang diam pasti dirinya merasa sepi, jadi Miss akan mendekati dia supaya ga sepi lagi. Meskipun ada positif dan negatifnya. Jadi Miss akan berhati-hati dalam proses approach tersebut. Menurut Miss, psychological approach itu enak sih, you make the students love you, first. Ketika si siswa sudah menyayangi kamu, mereka akan tertarik dengan pelajaranmu.”
           
Cara yang digunakan oleh Beliau sangat simple, namun efek yang ditimbulkannya sangat terasa baginya dan bagi siswa-siswa yang pernah menjadi anak didiknya. Beliau menggunakan pendekatan secara psikologis, ketika afek siswa telah dapat diluluhkan, maka secara otomatis akan mudah meluluhkan kognitif dan behavior siswa tersebut.
           

Bab III
Pembahasan

1.      Guru yang cerdas (brilliant teacher) pada intinya mencerminkan beberapa hal berikut (Danim, 2010, h. 8-9):
a.      Seorang guru yang efektif mampu menginspirasi dan memprovokasi dengan baik murid-muridnya.
Miss F mampu menginspirasi dan memprovokasi dengan baik para siswanya. Hal ini terbukti dengan mampunya Beliau menginspirasi siswanya yang pada awalnya malas untuk belajar dan terkenal nakal, namun malah mengikuti perlombaan bahkan merasa bersalah ketika dirinya tidak menjuarai perlombaan tersebut. Hal ini menandakan Miss F mampu memprovokasi siswanya mencintai pelajaran. Karena provokasi tersebut berhasil, makanya sang siswapun terinspirasi untuk mengikuti perlombaan.
b.      Seorang guru yang cerdas yaitu memiliki integritas, yang memiliki makna berbeda.
Pertama, kejujuran tercermin dari prinsip hidup dan keterusterangan yang layak. Miss F memiliki filosofi yaitu i love my students, prinsip hidup yang membawanya untuk selalu mencoba menyayangi para siswanya, tidak ada kebohongan yang dilakukannya untuk berpura-pura menyayangi para siswanya untuk mendekati mereka, justru karena rasa sayangnya yang tulus membawanya untuk terus mengajar.
Kedua, kelengkapan dan kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas pribadi yang menunjukkan diri sebagai guru yang hebat. Dari hasil wawancara, Miss F mengatakan bahwa guru bahasa Inggris banyak, namun hanya sedikit yang berkualitas. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa dirinya cukup percaya diri untuk menjamin bahwa Beliau percaya bahwa dirinya cukup berkualitas. Ditambah lagi dengan cerita tentang beberapa pengalamannya dengan para siswanya (siswa yang tetap menjaga hubungan dengannya, siswa yang berubah dari malas menjadi semangat untuk mengikuti perlombaan). Kepercayaan akan dirinya tidak berlebihan. Cukup logis dan realistis karena disertai bukti.
c.       Kemampuan berkomunikasi dengan siswa dan anak-anak muda.
Dari hasil wawancara, saya merasa bahwa Miss F memiliki kemampuan komunikasi yang baik meskipun usia kami berbeda cukup jauh (20 tahun) namun Beliau menggunakan kata-kata yang tidak seperti usianya. Beliau mudah akrab dengan para siswanya. Bahkan dari hasil wawancara, ternyata memang banyak siswanya yang terkecoh dengan usianya, Beliau masih sering membahas Korean Wave atau makan bersama para siswanya. Ini menunjukkan kemampuan
komunikasi dengan anak muda juga sangat baik.

2.      Danim (2010, h. 9) memberikan beberapa contoh gambaran guru yang baik dan diterima secara menyenangkan oleh siswanya, beberapa contoh tersebut ada pada diri Miss F, di antaranya adalah :
a.      Mengetahui nama siswa dan memanggil mereka dengan nama
Miss F selalu mencoba untuk menghafal nama siswa-siswanya. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara di mana Beliau menceritakan tentang pengalamannya ketika SD dan SMP di mana sang guru sangat peduli dan mengingat nama siswanya. Dan hal itu memotivasi Beliau untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh sang guru agar dapat menjadi lebih dekat lagi dengan para siswanya, karena dengan dimulai dari hanya sebatas mengingat nama, siswa bisa merasa bahwa gurunya memperhatikan dan peduli padanya.
b.      Memainkan peran yang berbeda pada suasana dan kepentingan yang berbeda
Miss F mampu menjadi guru sekaligus teman bagi siswanya. Ketika konteksnya di luar jam belajar, Beliau mau untuk membahas Korean Wave ataupun makan bersama siswanya. Namun ketika konteksnya belajar, Beliau juga mampu berperan sebagai guru, di mana Beliau pada akhirnya berhasil menginspirasi siswanya untuk bisa menjadi lebih baik dan tidak malas lagi.

3.      Berdasarkan hasil kajian terhadap beberapa referensi, guru dengan kemampuan mengajar yang unggul memiliki beberapa karakteristik (dalam hal keahlian pokok) (Danim, 2010, h. 18) :
·  Memiliki pengetahuan tentang materi secara menyeluruh dan menunjukkan antusiasme yang menular untuk itu
Miss F adalah seorang guru bahasa Inggris. Meskipun bukan berasal dari Fakultas Keguruan, namun Beliau cukup berkompeten dalam bidang bahasa Inggris, Beliau lulusan dari S1 dan S2 Sastra Inggris. Antusiasmenya menular ditandai dengan siswanya yang mau mengikuti perlombaan padahal sebelumnya siswa tersebut terkenal sebagai siswa yang malas dan nakal.
·         Mengetahui materi lebih jauh dari sekadar yang tertuang dalam buku teks
Miss F lulusan dari S1 sastra Inggris, bahkan S2 nya juga di jurusan yang sama dan fokus kepada Inggris terapan. Hal ini menunjukkan bahwa dirinya memahami materi lebih jauh dari sekadar yang ada di buku teks
·      Mendalami secara kontinyu mata pelajaran, menganalisis sifat dan cakupan materi pelajaran, dan mengevaluasi kualitas
Keputusan Miss F melanjutkan S2 di jurusan yang sama dan mendalami Inggris terapan membuktikan bahwa dirinya terus mendalami secara kontinyu mata pelajaran yang menjadi bidangnya. Dengan jurusan Inggris terapan, pastinya Miss F akan terus melakukan analisis karena terapan bersifat praktis maka butuh analisis yang lebih untuk melakukannya.

4.     Guru yang memiliki perspektif adalah mereka yang berpengalaman dalam pengaturan sekolah dan memiliki struktur konseptual untuk memahami peristiwa di dalam kelas.
Miss F dapat dikatakan guru yang berpengalaman karena telah menjadi pengajar selama 22 tahun. Beliau juga mampu memahami peristiwa yang ada di dalam kelas, misalnya siapa saja yang menjadi anak nakal, anak bandel, anak malas, anak pintar, anak pendiam. Karena dengan begitu Beliau tahu mana yang harus lebih diprioritaskan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang menyebutkan bahwa Beliau akan cenderung mendekati anak yang ekstrim ke negatif, dalam artian, siswa yang bandel, nakal, diam, ataupun malas. Karena anak yang demikian itu menurutnya bukanlah anak yang bodoh tetapi memiliki permasalahan.

5.  Windsor dan Rowland (2005) melakukan survei terhadap sekelompok administrator sekolah mengenai calon guru yang diinginkan. Dari hasil survei ditemukan beberapa karakteristik guru yang diinginkan (Danim, 2010, h. 31-32), sebagai berikut :
a.      Memiliki kepribadian yang asli, tulus dan rendah hati
Dari hasil wawancara, jelas diketahui bahwa Miss F merupakan sosok guru yang sangat menyayangi siswanya. Karena ketulusannya menyayangi siswanya yang membuat Beliau sulit untuk menjauh dari dunia mengajar. Beliau juga tidak sungkan untuk menjadi teman bagi siswa-siswanya di luar jam pelajaran.
b.      Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, tertulis dan lisan
Dari hasil wawancara juga diketahui kemampuan berkomunikasi yang dimiliki Miss F cukup baik, Beliau bisa menjadi teman sekaligus guru yang baik bagi para siswanya, hal ini tidak mungkin terlepas dari kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para siswanya.
c.       Menjadi pendengar yang baik dan memahami apa yang dikomunikasikan dengannya
Miss F bisa dikatakan merupakan pendengar yang baik, jika tidak, tidak mungkin siswa-siswanya bisa menjadi sangat dekat dengannya, bahkan meskipun sudah lama tidak diajarkan lagi oleh Beliau, namun hubungan yang terjalin tidak pernah terputus. Itu menandakan Miss F bisa menjadi pendengar yang baik. Apalagi diketahui bahwa Miss F bahkan mau membicarakan Korean Wave dengan siswanya. Berarti Beliau memahami apa yang dikomunikasikan siswa dengannya.
d.      Memiliki sikap yang kooperatif
Dari hasil wawancara, diketahui bahwa siswa Miss F mengikuti perlombaan bahasa Inggris, otomatis Beliau merupakan orang yang kooperatif sehingga siswa yang dulunya dikenal sebagai siswa yang malas mau mengikuti perlombaan di mana Miss F dipastikan akan menjadi guru pendampingnya.
e.       Memiliki pandangan yang positif pada pengajaran, pembelajaran, dan siswa
Dari hasil wawancara diketahui bahwa Miss F tidak mau membeda-bedakan siapapun siswanya, agar kejadian seperti dirinya di masa SMA tidak dirasakan oleh siswanya. Bahkan Beliau mau mendekati para siswa yang ekstrim negatif, itu pertanda bahwa Beliau memiliki pandangan yang positif.
f.        Dapat dipercaya dan diandalkan
Miss F merupakan orang yang dipercaya dan diandalkan oleh siswanya, itu ditandai dengan kemampuannya yang bisa menjadi sosok teman bagi para siswanya. Di samping itu, Beliau juga mampu mengubah siswa-siswanya menjadi lebih baik, mampu membuat siswa-siswanya menyayanginya seperti dia menyayangi siswanya. Ini berarti bahwa Beliau adalah orang yang dapat dipercaya dan diandalkan.
g.      Memahami apa yang dibutuhkan untuk menjadi guru yang efektif
Dengan bermodalkan pengalaman semasa sekolah dan juga pengalaman mengajar selama 22 tahun, pastinya Miss F memiliki pemahaman mengenai apa yang dibutuhkan untuk menjadi guru yang efektif. Metodenya simple namun efeknya sangat terasa dan tampak nyata.
h.      Dapat mengelola siswa di dalam dan luar kelas
Miss F mampu menginspirasi siswanya di dalam kelas. Mengubah para siswa menjadi lebih termotivasi dan menuju lebih baik lagi. Di luar kelaspun Beliau mau dijadikan teman bagi siswanya, ditandai dengan maunya Beliau untuk diajak makan bersama dan tetap menjalin hubungan yang baik dengan siswa-siswanya.
i.        Memahami materi pelajaran dengan baik dan dapat menyajikannya dengan menarik
Miss F merupakan lulusan dari bidang bahasa Inggris yang sudah berada di level yang tinggi, yaitu lulusan S2, berarti bahwa beliau telah memahami materi pelajaran dengan baik. Dan Beliau pastinya dapat menyajikannya dengan menarik, hal ini dibuktikan dengan mampunya Beliau menginspirasi siswanya mengikuti perlombaan.

6.      Ada beberapa kualitas guru yang dianggap baik (Danim, 2010, h. 40), di antaranya ialah :
a.       Confidence
Miss F cukup yakin dengan kemampuannya, dibuktikan dari cara Beliau menceritakan bagaimana siswa-siswanya selalu menjaga hubungan baik dengannya, bagaimana dia menyayangi siswa-siswanya, dan bagaimana dia mampu membawa siswanya menjadi lebih termotivasi dan lebih baik lagi.
b.      Patience
Miss F merupakan guru yang cukup sabar. Ditandai dengan tulusnya Beliau dalam mengajar. Bahkan dia mau untuk mendekatkan diri dengan siswa yang cenderung ekstrim negatif. Itu pertanda bahwa Beliau adalah orang yang cukup sabar.
c.       True compassion for their students
Filosofi yang dimiliki Miss F dalam mengajar ialah karena dia menyayangi siswa-siswanya. Ketulusan kasih sayangnya terhadap siswa tidak perlu diragukan lagi. Bahkan hal inilah yang menjadi filosofi baginya.
d.      Understanding
Miss F mampu memahami siswanya, misalnya, meskipun siswanya nakal dan malas, namun Miss F tetap berusaha untuk mengajar dan mengubah para siswa menjadi lebih baik lagi, dan pada akhirnya berhasil. Itu semua dikarenakan dia memahami bahwa siswanya bukan hal yang harus dihindari. Mereka seperti itu karena pasti ada masalah pada diri mereka yang justru harusnya sebagai seorang guru mampu memotivasi siswa, bukan malah menjauhi.
e.       The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way
Miss F memiliki cara tersendiri untuk mendekati siswanya, misalnya, metodenya ialah memulai dengan mendekatkan secara afektif terlebih dahulu. Dia juga memiliki fokus tersendiri yaitu lebih memfokuskan terlebih dahulu kepada anak-anak pendiam, atau nakal, hal ini agar mempermudahnya untuk mengajar. Apabila siswa telah nyaman dengannya, maka mereka juga akan nyaman dalam menyerap pelajaran yang disampaikan.
f.        Dedication to excellence
Miss F berusaha untuk membuat siswanya memahami apa yang diajarkannya, apabila ada siswa yang terlihat nakal, malas, atau pendiam, Beliau tidak langsung men-judge bahwa anak tersebut bodoh, justru beliau semakin mencoba mendekati anak tersebut, agar anak tersebut bisa menjadi lebih baik lagi.
g.      Unwavering support
Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang menyebutkan bahwa saat siswanya tidak memenangkan perlombaan dan terus merasa bersalah, Miss F tidak menunjukkan kekecewaannya, justru terus menyemangati dan mengatakan bahwa dia bahagia karena siswanya telah mau mencoba dan berusaha.
h.      Willingness to help student achieve
Miss F akan memperhatikan siswa-siswanya lebih intens khususnya yang malas, nakal, atau pendiam. Hal ini bertujuan untuk menyemangati siswanya, bersedia membantu siswanya. Dia tidak mengabaikan siswa-siswa yang seperti itu. Berarti dia bersedia untuk menolong siswanya untuk mencapai sesuatu yang lebih baik lagi.
i.        Pride in students accomplishments
Melihat siswanya mengikuti perlombaan saja telah menjadi kebanggan tersendiri buatnya, mengingat sang siswa yang sebelumnya adalah siswa yang malas. Meskipun tidak menang, tapi Miss F tidak kecewa bahkan mendukung dan menyemangati sang siswa yang merasa bersalah atas kekalahannya.

7.  Salah satu definisi yang terkait dengan pedagogi (Danim, 2010, h. 54), yaitu pengajaran. Pengajaran adalah teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil.
Miss F menggunakan metode mengajar yang diawali dengan timbulnya efek dari keterikatan afektif antara guru dan siswa, kemudian dengan adanya efek dari afektif tersebut, barulah Beliau mencoba mentransformasikan konten pengetahuan dengan lebih mudah, karena pengaruh psikologis siswa yang merasa dipedulikan dan ingin tampil baik dengan gurunya, hal ini merangsang anak untuk terus menjadi lebih baik, dan dengan adanya jarak yang dekat antara dirinya dengan siswa membuatnya mudah mengawasi siswa dan memfasilitasi sang siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil yaitu siswa mampu memahami pelajaran dengan optimal.

8.      Praktik pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas. Juga meningkatkan kepercayaan siswa dan guru, memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah, serta membangun kepercayaan masyarakat atas kualitas belajar dan mengajar (Danim, 2010, h. 55)
Proses pembelajaran yang dilakukan Miss F menjurus pada praktis pedagogis yang efektif. Di mana Beliau sangat mementingkan hubungan afektif dengan siswanya, dengan membuat siswa nyaman akan keberadaannya, mengarah pada kesejahteraan siswa itu sendiri, karena siswa akhirnya belajar dengan kondisi yang sejahtera tanpa tekanan. Begitu juga dengan guru yang mendapatkan kebahagiaan tersendiri atas hasil yang didapatkannya dari pengajaran yang diberikan oleh siswanya. Secara otomatis, komunitas akhirnya mendapatkan dampak positif yaitu tercetaknya hasil pengajaran dengan kualitas yang baik.
Hal ini mungkin saja sejalan dengan hasil wawancara di mana Miss F mengatakan pandangannya terhadap pendidikan berfokus pada tiga hal, sistem, kualitas pendidik, dan fasilitas. Ketika kualitas pendidiknya baik, dalam hal ini Miss F saya pikir merupakan salah satu pendidik yang berkualitas, Beliau mampu membuat sebuah metode yang di sini dapat dikatakan sebagai sistem yang diberlakukannya dalam mengajar para siswanya dengan pendekatan psikologis, membuat sebuah efek yang sangat baik. Maka terlepas dari fasilitas yang memadai atau tidak, fasilitas pada akhirnya memberikan pengaruh yang tidak sebesar kualitas maupun sistem. Namun ketiganya adalah sejalan dan saling melengkapi.
Juga, kepercayaan siswa dan guru pastinya akan terjalin dengan baik, ketika Miss F berhasil menjalin hubungan yang dekat dengan siswanya, kepercayaan siswa terhadapnya juga pasti akan meningkat, dan semakin mempermudah tujuan dari instansi terkait yaitu menghasilkan siswa yang berilmu. Instansi yang dimaksud di sini bisa jadi adalah tempat kursus di mana Miss F bekerja. Apabila Miss F berhasil mencetak siswa yang berkompeten dan berkualitas, maka secara otomatis instansi tersebut juga akan semakin bagus namanya dikenal di masyarakat.


Bab IV
Kesimpulan

Dari hasil wawancara dan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1.    Miss F adalah seorang guru berpengalaman dan berkualitas, mengingat dirinya telah menjadi seorang pengajar selama 22 tahun.
2.      Miss F merupakan seorang guru yang cerdas, terdapat beberapa hal yang mencerminkan seorang guru yang cerdas pada diri Miss F, yaitu mampu menginspirasi dan memprovokasi siswa dengan baik, memiliki integritas, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan siswa dan anak muda.
3.      Miss F merupakan salah satu dari sekian banyak guru yang baik dan diterima secara menyenangkan oleh siswanya, hal ini dikarenakan terdapat beberapa gambaran yang ada pada Miss F, yaitu mengetahui nama siswa dan memanggil mereka dengan nama, Beliau juga mampu memainkan peran yang berbeda pada suasana dan kepentingan yang berbeda pula.
4.      Miss F dapat dikatakan sebagai guru dengan kemampuan mengajar yang unggul, dirinya memiliki beberapa karakteristiknya, yaitu memiliki pengetahuan tentang materi secara menyeluruh dan menunjukkan antusiasme yang menular untuk itu, mengetahui materi lebih jauh dari sekadar yang ada dalam buku teks, serta melakukan pendalaman secara kontinyu mengenai bidang yang digelutinya.
5.      Miss F adalah guru yang memiliki perspektif, di mana dia berpengalaman dalam pengaturan pada proses pembelajaran dan memiliki struktur konseptual untuk memahami peristiwa pada proses pembelajaran.
6.      Miss F merupakan sosok guru yang diinginkan, hal ini dikarenakan dirinya sesuai dengan banyaknya karakteristik dari survei yang dilakukan oleh Windsor dan Rowland (2005).
7.      Miss F memiliki 9 dari 10 kualitas guru yang dianggap baik, yaitu memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri, kesabaran, rasa kasih sayang sejati terhadap siswanya, memahami siswa, kemampuan melihat dan menjelaskan topik dengan cara yang berbeda, dedikasi untuk menjadi unggul, memberikan dukungan, bersedia membantu siswanya untuk meraih pencapaian, dan bangga terhadap prestasi yang didapatkan siswanya.
8.      Miss F menerapkan pola pengajaran dengan pedagogi, di mana Beliau menggunakan teknik dan metode kerja dengan konsep pedagogis dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil.
9.      Miss F menggunakan praktik pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas yang juga meningkatkan kepercayaan siswa dan guru, memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah, serta membangun kepercayaan masyarakat atas kualitas belajar dan mengajar.


Bab V
Saran

Miss F merupakan salah satu guru yang patut dijadikan sebagai seorang yang diteladani. Beliau menggunakan metode yang simple namun menghasilkan hasil yang sangat positif bagi siswa-siswanya. Sudah selayaknya seorang guru memberikan kasih sayang yang tulus kepada siswanya. Pendekatan psikologis yang berfokus pada keterikatan di aspek afektif dapat dijadikan salah satu metode bagi guru-guru yang ada di Indonesia untuk mencetak siswa yang berkualitas.  Miss F merupakan guru yang baik, berkualitas, dan berpengalaman. Namun bukan berarti dirinya tidak memiliki kekurangan. Namun menjadikannya sebagai salah satu panutan merupakan keputusan yang cukup bijak, mengingat metode dan pendekatan yang digunakannya cukup simple meskipun tidak semua orang dapat berhasil melakukannya.


Daftar Pustaka

Danim, Sudarwan & Khairil. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Sabtu, 12 April 2014

Analisis Tentang Proses Pembelajaran Berdasarkan Pedagogi Praktis Abad Ke-21

Kalau dilihat dari postingan saya beberapa waktu lalu, saya sudah mempostingkan mengenai Proses Pembelajaran yang saya lakukan (bersama teman kelompok saya). Kemudian saya mencoba untuk mengaitkannya dengan analisis menggunakan konsep pedagogi abad ke 21.
Cekidot ~

Ketika saya melakukan proses pembelajaran beberapa waktu lalu, ada beberapa teori yang dapat menjelaskan beberapa hal guna menganalisis diri saya menggunakan teori-teori pedagogi abad 21, yaitu :
1.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk TIK, telah melahirkan perubahan dalam pola pembelajaran, juga telah lahir paradigma baru pembelajaran berbasis teknologi dan komunikasi (Danim, 2010, h. 101)
Adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi menjadi modal awal bagi saya memberikan saran kepada kelompok dalam beberapa pengajaran yang akan kami berikan kepada anak-anak. Seperti yang diketahui bahwa teknologi sangat modern pada saat ini, maka saya pikir bahwa memberikan pengajaran kepada anak menggunakan media teknologi seperti misalnya memperkenalkan alphabeth dengan video akan cukup efektif.

2.      Kekuatan pedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis karena memang teori merupakan sesuatu yang praktis (Danim, 2010, h. 103)
Ketika saya bertindak sebagai pengajar pada proses ini, melalui pengetahuan dari teori perkembangan mengenai anak-anak dan perkembangan pada aspek kognitif, afektif, dan konatifnya, saya memiliki teori yang cukup untuk dapat memilah dan memilij kata-kata dan tindakan apa saja yang harus saya lakukan dalam mengajar kepada mereka. Dengan adanya bekal dari teori tersebut, saya jadi mengetahui bahwa saya harus menggunakan kata-kata yang sederhana agar mudah dimengerti. Juga kata-kata yang bersifat tidak abstrak dalam menggunakan contoh-contoh karena masih terbatasnya kemampuan pada masa anak-anak. Dengan melakukan hal-hal yang didasari dari teori yang ada tersebut, membuat pembelajaran bagi saya lebih praktis dan lebih efektif, sehingga pada proses pembelajaran, anak-anak yang saya ajarkan cukup memahami penjelasan dari saya.

3.      Beberapa alasan tidak semua guru dapat menimba pengalaman baru selama menjalani proses pembelajaran (Danim, 2010, h. 103).
Saya selaku pengajar pada saat proses pembelajaran berlangsungpun merasakan adanya kekurangan yang saya miliki sehingga saya tidak maksimal mendapatkan pengalaman-pengalaman dan pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung, di antaranya adalah :
a.      Informasi yang berlebihan
Menurut saya alasan ini tidak menghambat saya dalam menimba pengalaman baru karena informasi yang saya peroleh cukup dan tidak berlebihan karena ada banyak hal yang saya ketahui melalui teori-teori tentang perkembangan pada masa anak-anak yang sesuai dengan yang saya dapatkan di lapangan.
b.      Kurangnya waktu untuk berbagi pengetahuan
Dengan keterbatasan waktu yang saya, kelompok, dan anak-anak miliki, membuat kami khususnya saya kurang mengeksplor beberapa hal yang harusnya bisa memberikan tambahan pengetahuan mengenai bagaimana cara menghadapi anak-anak. Karena pembagian tugas yang harus merata antar anggota kelompok, maka saya tidak bisa full dalam berinteraksi dengan anak-anak. Hal ini menurut saya cukup membatasi diri saya dalam mengumpulkan pengalaman-pengalaman yang bisa saya ambil dari proses pembelajaran kemarin, meski demikian saya tetap mencoba memaksimalkan diri saya mengumpulkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan mengenai anak-anak selama proses berlangsung.
c.       Tidak menggunakan teknologi untuk berbagi pengetahuan secara efektif
Menurut saya, kami selaku kelompok yang bertugas mengajar telah melakukan hal yang optimal dalam penggunaan teknologi dalam proses pengajaran sehingga alasan ini menurut saya tidak menjadi penyebab terhambatnya pengumpulan pengalaman untuk saya.
d.      Kesulitan menangkap pengetahuan yang diperoleh
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, mungkin banyak hal yang bisa saya jadikan pengetahuan tambahan. Namun saya juga menyadari, dengan keterbatasan waktu, kemampuan, dan pengalaman yang saya miliki dalam berhadaan dengan anak-anak, membuat informasi-informasi yang saya dapatkan jadi lebih terbatas karena saya cukup banyak memberikan atensi kepada anak-anak dalam satu fokus saja.
e.       Adanya pengekangan terhadap kreativitas
Dengan beragamnya kepribadian pada anak-anak tersebut, ide-ide yang saya pikirkan sebelum proses berjalan yang ingin saya lakukan jadi terbatas karena harus disesuaikan dengan keadaan dan kemauan anak. Sehingga pengalaman yang saya dapatkan otomatis juga terbatas.

4.      Menurut Youth dan Lucas menjadi sangat penting bahwa profesi guru mengembangkan pendekatan sendiri untuk spesialisasi profesional di bidang pedagogi. Hallam dan Ireson menyarankan beberapa kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru untuk mengembangkan pendekatan sendiri untuk pedagogi (Danim, 2010, h. 104), yaitu :
a.      Pertimbangkan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran
Dengan adanya pertimbangan tentang tujuan dari tiap sesi dari proses pembelajaran yang dilakukan, cukup mengarahkan diri saya dalam bertindak pada saat proses berlangsung. Sehingga terkadang apabila beberapa kejadian terjadi di luar perkiraan awal, misalnya seperti respon dari anak yang tidak seperti diharapkan, saya mencoba mencari ide lain guna membuat tujuan awal dari proses pembelajaran tersebut tidak benar-benar gagal.
b.      Pengetahuan tentang teori belajar
Di semester sebelumnya saya telah mengetahui banyak teori belajar yang ada, dan dari situlah dasar saya juga melakukan proses belajar. Tiap pertemuan pastinya memberikan saya informasi baru tentang anak sehingga lebih mempermudah saya mengetahui cara-cara ‘menjinakkan’ mereka agar tidak banyak ‘bertingkah’ dengan menghindari hal-hal yang menurut saya mungkin tidak mereka sukai dan melakukan hal yang menurut saya mungkin dapat membuat mereka bisa diajak bekerja sama dengan baik dalam proses pembelajaran tersebut.
c.       Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar
Tiap anak memiliki kepribadian yang berbeda-beda sehingga metode mengajarpun pastinya akan berbeda-beda apabila ingin semua proses dapat optimal disampaikan untuk anak-anak. Kebetulan di proses pembelajaran kelompok saya mempunyai pembagian yang adil dalam menangani anak. Tiap anak mempunyai 1 orang kakak pendamping dalam tiap proses tersebut. Dengan bermodalkan pengetahuan dari tiap pertemuan dengan anak, maka itu menjadi modal untuk saya mendekati mereka dan mengajarkan mereka dengan konsep-konsep yang disesuaikan dengan tipe mereka. Meskipun kenyataannya tidak semua anak bisa saya taklukan sesuai dengan konsep yang saya gunakan.
d.      Pengetahuan tentang model pembelajaran dan konsep dinamis karakteristik siswa, lingkungan, proses pengajaran, dan jenis pembelajaran
Hampir sama dengan poin-poin sebelumnya, dengan bermodalkan proses belajar yang saya dapatkan mengenai anak-anak tersebut di setiap pertemuan membuat saya lebih mudah untuk mencoba berdaptasi dengan cara-cara apa untuk membuat mereka lebih mudah menerima pembelajaran, dan hal ini yang terkadang membuat saya mau tidak mau memodifikasi cara mengajar saya agar mereka tidak menolak saya pada saat mengajar.
e.       Memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas
Sebenarnya saya masih kurang memahami pedagogi secara konsep yang mendalam. Namun dari pengetahuan-pengetahuan dasar saya tentang pedagogi, memberikan saya bekal sedikit untuk menerapkannya pada saat proses pembelajaran sehingga saya harus cukup bersabar dalam berinteraksi dengan anak-anak agar konsep pedagogi tersebut dapat saya jalankan. Saya harus benar-benar membuat anak dekat dengan saya terlebih dahulu agar dia mau menuruti yang saya katakan sehingga saya bisa menuntun mereka untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang kelompok lakukan.
f.       Pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan
Ketika proses pembelajaran telah selesai dan saya beserta kelompok harus menuliskan laporannya, saya pada akhirnya melakukan evaluasi mengenai proses yang kami lakukan dengan beberapa teori yang ada. Sehingga dengan adanya evaluasi ini, mungkin kedepannya saat saya harus menghadapi anak-anak dalam mengajar, saya jadi mengetahui pendekatan seperti apa yang tepat untuk saya lakukan pada anak-anak.

5.      Konten pedagogi mengacu pada keterampilan pedagogis yang guru gunakan untuk menanamkan pengetahuan khusus atau isi kurikulum kepada siswa (Danim, 2010, h. 108)

Karena proses pembelajaran yang dilakukan adalah berhubungan dengan anak-anak dan konsep pedagogi, maka secara otomatis pendekatan yang saya lakukan juga berunsurkan pedagogi. Dengan adanya modal awal pada diri saya tentang konsep dasar pedagogi, maka saya mencoba mengajarkan anak dengan cara yang sesuai dengan konsep pedagogi, di mana saya berusaha menuntun anak dalam tiap proses pembelajaran yang dilaluinya dengan cara yang mudah mereka mengerti. Sehingga dengan menggunakan konsep pedagogi dalam melaksanakan proses pembelajaran kemarin, maka ketika dievaluasipun, konten pedagogi dalam aktivitas selama proses pedagogis yang saya lakukan menurut saya cukup banyak dan tampak.

Beginilah analisis yang mampu saya lakukan. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya (^,^)


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer