Laporan Analisis Hasil Wawancara Terhadap Pendidik Pedagogi
Bab I
Pendahuluan
Pahlawan
tanpa tanda jasa adalah pepatah yang sering digunakan untuk menggambarkan
sesosok pendidik yang sangat berjasa bagi para generasi bangsa. Guru merupakan
pendidik yang dengan senantiasa memberikan waktunya untuk menyampaikan
ilmu-ilmu bagi anak-anak negeri yang butuh pengetahuan demi kemajuan bangsa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru memiliki definisi orang yang
pekerjaannya adalah mengajar. Guru tidak dapat disamakan hanya dengan buku yang
bisa ‘berbicara’ atau sebuah piringan hitam animasi yang bisa menyiarkan
substansi pelajaran ke pemirsa yang tidak diketahui. Namun ia masuk ke dalam
dialog, di mana dialog ini jauh dari hanya sekadar berbicara melainkan apa yang
diajarkan ditularkan hampir tidak sadar dalam pertukaran pribadi antara guru
dan siswa (Danim, 2010).
Guru
tidak hanya sebatas pengajar didik yang bekerja di sekolah. Banyak juga guru
yang justru bekerja di luar sekolah, misalnya di tempat kursus bimbingan
belajar. Meskipun tempatnya berbeda, namun tujuan mereka tetaplah sama.
Mentransferkan ilmu yang mereka miliki untuk para siswanya agar berguna di
kehidupan mereka kelak. Meskipun mungkin ada di antara banyaknya guru memiliki
motivasi yang berbeda-beda, namun setidaknya dapat dipastikan yang mereka
lakukan adalah sama, yaitu mengajar. Mengajar sendiri menurut KBBI memiliki
arti memberikan suatu pelajaran kepada orang lain.
Di
salah satu kursus bahasa Inggris di kota Medan, terdapat seorang guru yang
merasa bahwa mengajar sudah seperti drugs
baginya. Beliau sangat suka mengajar. Di samping itu, Beliau telah memiliki
pengalaman mengajar yang cukup lama, 22 tahun. Meskipun latar belakangnya tidak
berasal dari Fakultas Keguruan, namun jiwa mengajar yang Beliau miliki
mengantarkannya menjadi seorang pendidik profesional dengan pengalaman yang
cukup banyak. Beliau pernah mengajar dari rumah ke rumah, di tempat kursus, di
sekolah, dsb. Tidak sedikit dari siswa-siswanya kini telah beranjak dewasa
namun masih menjalin hubungan yang sangat baik dengannya. Hal ini dikarenakan
dirinya yang tidak membuat jarak dengan para siswa. Dengan mencintai dan
dicintai siswanya, Beliau meyakini dirinya bahwa hal tersebutlah yang mampu
mempermudah para siswa untuk mencintai pelajaran yang dibawakannya. Oleh karena
itu, Beliau tidak pernah berhenti mengajar, karena ia mencintai siswanya, dan
merasa terpanggil untuk terus mengajar, karena mengajar merupakan bagian
penting bagi hidupnya dan memberikan warna tersendiri untuk kehidupannya.
Bab II
Hasil Wawancara
Identitas Guru
Nama (inisial) :
F
Usia : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : -S1 Fakultas Ilmu Budaya,
Jurusan Sastra Inggris USU
-S2 Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra
Inggris-Inggris Terapan
Pekerjaan : Karyawan; Guru private bahasa Inggris
Lama Mengajar : 22 Tahun
Di
hari Kamis sore pada akhir bulan Maret 2014, saya melakukan sebuah wawancara
terhadap seorang guru Bahasa Inggris di salah satu tempat kursus bahasa Inggris
di kota Medan. Pada wawancara tersebut, ada beberapa pertanyaan yang saya
tanyakan kepada Beliau berhubungan dengan proses pembelajaran dan pendidikan
yang telah 22 tahun belakangan ini Beliau geluti.
Di
awal wawancara, terlebih dahulu saya membuka kegiatan ini dengan salam pembuka
dan perkenalan diri saya selaku mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang hendak
melakukan wawancara terkait dengan salah satu tugas di mata kuliah Pedagogi.
Selanjutnya sayapun menanyakan beberapa hal mengenai latar belakang Beliau sebagai
seorang pengajar. Berikut kutipan wawancara yang saya lakukan :
“Sebenarnya Miss (panggilan para siswa kepada Beliau) enggak ada latar belakang
pendidikan yang bersangkut paut dengan dunia mengajar, Miss berkuliah tidak di jurusan
keguruan. Namun kebetulan saat kuliah, Miss
dapat kesempatan mengajar sekitar semester 2, itu tahun ’92. Sebenarnya awalnya
nerima tawaran ngajar, sebagai mahasiswa
ya kalau ngajar kan lumayan untuk nambah-nambah uang saku, bayar uang kuliah.
Tapi malah ketagihan, ketagihan, ketagihan, akhirnya pas tamat kuliah tetap
ngajar. Ibaratnya ngajar itu buat Miss
kayak drugs, bikin addicted. Mau gimanapun karena udah
ketagihan jadi ujung-ujungnya pasti maunya ngajar lagi.”
Setelah
penjelasan mengenai latar belakang Beliau sebagai seorang pengajar, saya cukup
terkesima dengan penuturannya. Dari sebuah pekerjaan yang awalnya diambil
dengan niat untuk sekadar menambah uang saku, namun lama kelamaan menjadi
ketagihan, bahkan hingga selesai kuliahpun Beliau masih melanjutkan pekerjaan
tersebut. Sedikit kaget dengan kenyataan bahwa Beliau telah lama mengajar. Prediksi
awal saya pada saat bertemu Beliau beberapa waktu lalu, usia Beliau sekitar
20an tahun, namun siapa sangka bahwa Beliau telah memasuki usia 42 tahun.
“Banyak memang yang kaget kalau Miss bilang usia Miss 42 tahun. Siswa Miss
ya kayak kamu juga, awalnya ga percaya, apalagi Miss juga masih heboh dengan Korean
Wave, masih mau diajak jalan bareng,
makan bareng. Maybe, because i love my job, i love my students, jadi Miss ga keliatan tua. Hahaha”
Selanjutnya,
saya menanyakan mengenai pandangan Beliau terhadap pendidikan. Beliau mengatakan
bahwa menurutnya terdapat 3 poin penting yang sangat berpengaruh terhadap
pendidikan, yaitu sistem, kualitas pengajar, dan fasilitas. Berikut kutipan
singkat wawancara :
“Kalau menurut Miss, berbicara tentang pendidikan sih ada beberapa hal yang
penting untuk jadi pembahasan. Sistemnya, kualitasnya, fasilitas juga. Mungkin
banyak orang yang berpikir fasilitas adalah hal yang utama, kalau Miss justru berpendapat sistem yang
pertama. Ada kualitas dan fasilitas tapi sistemnya ga benar ya sama aja. Kita
bisa lihat sendiri kan gimana Indonesia sekarang. Ganti menteri ganti juga
sistemnya. Dan kalau dibandingkan dengan luar negeri, sistem kita ga se-simple yang di luar dan ga fokus. Kalau
di luar sana, anak dari awal udah diarahkan untuk fokus ke satu hal. Misalnya
dia tertarik ke Art, bagian apa dulu,
film misalnya, pelajaran kayak biologi ya ga perlu. Tapi matematika tetap lah
ya itu basic. Dan karena Miss dari bahasa Inggris, Miss lebih ngeliat kualitas sebenarnya.
Guru bahasa Inggris banyak, tapi yang berkualitas sedikit. Kualitasnya sendiri
ya balik ke diri masing-masing guru tersebut lagi.
Dan juga banyak kan kita lihat sekolah gurunya yang bagus ada tapi sistemnya
yang ga bagus, ga maksimal juga. Kalau fasilitas malah Miss sekarang mulai mikir, orang
bisa belajar di mana aja kok. Jadi ga mutlak harus terlalu fokus di fasilitas.
Itu ngikut dengan sendirinya. Mendukung
iya, tapi ga mutlak.”
Ditanya
mengenai motivasi yang mendasari hal tersebut, Beliau berpendapat bahwa
pengalamanlah yang mengambil andil besar. Pengalamannya selama bersekolah
dahulu dan membandingkan dengan apa yang dilihatnya pada siswa-siswa yang
belajar di sekolah saat ini yang akhirnya membuat Beliau berkesimpulan bahwa
ketiga hal di atas yang mempengaruhi seorang anak dalam dunia pendidikan,
apakah dia berhasil atau tidak.
“Pengalaman yang bikin Miss mikir 3 hal itu. Dulu, Miss SD dan SMP di sekolah yang
mayoritas orang Chinese. Kualitas
gurunya, cara guru mengajar, itu yang membuat siswa-siswanya bisa paham maksud
yang ingin disampaikan guru. Padahal dulu dalam satu kelas ada 60 anak, tapi
hampir semua anak bisa ditandingkan dengan sekolah lain. Tapi sekarang, dengan
jumlah siswa yang cuma 15 pun, banyak juga yang bahasa Inggrisnya ga lebih
bagus dari anak yang belajar di kursus, karena cara guru mengajar di sekolah ga
pas. Jadi harus ada kursus tambahan untuk mengejar ketertinggalannya.”
Kemudian,
saya juga menanyakan kepada Beliau dari sudut pandangnya sebagai seorang guru,
bagaimana menurutnya mengenai siswa-siswanya saat ini. Menurutnya, saat ini
banyak sekali peserta didik yang kurang motivasi. Latar belakang keluarga dari
siswa mempengaruhi bagaimana si anak termotivasi dan sadar akan kemampuan
dirinya sendiri. Kebanyakan anak yang dari keluarga berada namun dengan orang
tua yang sibuk cenderung kurang motivasi dan anak yang berasal dari keluarga
akademisi justru jauh lebih unggul dan mandiri.
“Kurang motivasi belajar, faktornya
banyak, salah satunya bisa karena kesadaran diri sendiri juga. Miss banyak ngajar anak-anak yang dari
keluarga berada. Orang tuanya sibuk jadi kurang memotivasi anak, si anak
jadinya udah terlena sama fasilitas, ga sadar kalau sebenarnya mereka mampu
mengejar ketertinggalan kalau mereka mau lebih berusaha. Justru yang dari
keluarga akademisi lebih sadar dan menonjol di pelajaran. Mereka juga cenderung
lebih mandiri juga.”
Saya
juga menanyakan mengenai filosofi Beliau dalam mengajar. Beliau memiliki filosofi
yang cukup unik. I love my student.
Beliau sangat menyayangi siswanya. Itu yang membuat Beliau terus menerus
mengabdikan diri sebagai seorang pengajar.
“Mungkin filosofi Miss agak aneh, i love my students. Itu aja. If
i love my student, i don’t have to tell them but they can feel it.”
Hal
ini dikarenakan pada awalnya Beliau bukan merupakan seorang siswa yang pintar,
namun dengan memiliki seorang guru yang menyayanginya, ketika dia merasakan
perasaan disayangi oleh sang guru, hal tersebut memberikan motivasi baginya
untuk terus belajar dan namanya selalu diingat oleh sang guru. Namun, ketika
SMA, Beliau bersekolah di SMA negeri di mana gurunya tidak sepeduli gurunya di
SD dan SMP, motivasinya menurun. Beliau jadi tidak segiat sebelumnya untuk bisa
tampil agar dikenal oleh guru. Karena itulah Beliau berkesimpulan bahwa dengan
menyayangi siswanya dengan tulus, dan para siswa dapat merasakannya, maka
dengan sendirinya siswanya akan mudah untuk diajarkan. Karena itu pula Beliau
selalu mencoba untuk membuat para siswanya nyaman akan keberadaannya. Bahkan
Beliau pernah berhasil membuat salah satu siswanya yang sebelumnya diketahui
sangat malas, namun setelah Beliau mulai mengajar, anak tersebut mengikuti
lomba bahasa Inggris, bahkan siswa tersebut merasa bersalah karena tidak bisa
menjadi juara.
“Pernah Miss ngajar di kelas yang siswanya bandel-bandel, ada satu anak
memang paling bandel, tapi Miss coba
dekatin mereka satu persatu, Miss
kaget ga taunya si anak malah ikut perlombaan, lupa apa lombanya kemarin itu.
Dan dia minta maaf sama Miss
berkali-kali karena gagal untuk jadi juara. Buat Miss, dia udah mau jadi lebih baik aja jadi satu kebahagiaan
tersendiri”
Pengalaman
yang dialaminya semasa sekolah, dengan membandingkan antara masa SD dan SMP
yang memiliki guru dengan tingkat kepedulian tinggi terhadap para siswanya,
dibandingkan dengan masa SMA yang cenderung cuek terhadap siswa yang
biasa-biasa saja ternyata dirasakan memiliki efek yang sangat besar. Hal ini
juga menjadi pengalaman yang memotivasi Beliau untuk tidak mengulangi hal yang
sama dengan yang dilakukan guru SMA nya. Dengan begitu, siswanya akan dapat
lebih mudah memahami pelajaran, dan Beliau mampu untuk menjadi guru yang
berkualitas.
Mengenai
pendekatan yang digunakan, Beliau lebih cenderung menggunakan pendekatan
psikologis. Di mana kedekatan yang terjalin lebih menjadi fokus utama sebelum
mengajar kepada siswanya. Baginya, apabila siswa telah dekat dan nyaman
dengannya, maka pelajaran yang diberikan akan mudah tersalurkan. Biasanya,
Beliau juga akan lebih cenderng mendekati siswa yang ekstrim negatif, dalam
artian, siswa yang bandel, nakal, diam, ataupun malas. Karena anak yang
demikian itu menurutnya bukanlah anak yang bodoh tetapi memiliki permasalahan.
“Miss
akan mendekati anak-anak yang bandel, nakal, diam, malas. Mereka ga bodoh,
mereka pasti punya masalah. Anak yang diam pasti dirinya merasa sepi, jadi Miss akan mendekati dia supaya ga sepi
lagi. Meskipun ada positif dan negatifnya. Jadi Miss akan berhati-hati dalam proses approach tersebut. Menurut Miss,
psychological approach itu
enak sih, you make the students love you,
first. Ketika si siswa sudah menyayangi kamu, mereka akan tertarik dengan
pelajaranmu.”
Cara
yang digunakan oleh Beliau sangat simple,
namun efek yang ditimbulkannya sangat terasa baginya dan bagi siswa-siswa yang
pernah menjadi anak didiknya. Beliau menggunakan pendekatan secara psikologis,
ketika afek siswa telah dapat diluluhkan, maka secara otomatis akan mudah
meluluhkan kognitif dan behavior
siswa tersebut.
Bab III
Pembahasan
1.
Guru
yang cerdas (brilliant teacher) pada
intinya mencerminkan beberapa hal berikut (Danim, 2010, h. 8-9):
a.
Seorang
guru yang efektif mampu menginspirasi dan memprovokasi dengan baik
murid-muridnya.
Miss
F mampu menginspirasi dan memprovokasi dengan baik para siswanya. Hal ini
terbukti dengan mampunya Beliau menginspirasi siswanya yang pada awalnya malas
untuk belajar dan terkenal nakal, namun malah mengikuti perlombaan bahkan
merasa bersalah ketika dirinya tidak menjuarai perlombaan tersebut. Hal ini
menandakan Miss F mampu memprovokasi
siswanya mencintai pelajaran. Karena provokasi tersebut berhasil, makanya sang
siswapun terinspirasi untuk mengikuti perlombaan.
b.
Seorang
guru yang cerdas yaitu memiliki integritas, yang memiliki makna berbeda.
Pertama,
kejujuran tercermin dari prinsip hidup dan keterusterangan yang layak. Miss F memiliki filosofi yaitu i love my students, prinsip hidup yang
membawanya untuk selalu mencoba menyayangi para siswanya, tidak ada kebohongan
yang dilakukannya untuk berpura-pura menyayangi para siswanya untuk mendekati
mereka, justru karena rasa sayangnya yang tulus membawanya untuk terus
mengajar.
Kedua,
kelengkapan dan kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas pribadi
yang menunjukkan diri sebagai guru yang hebat. Dari hasil wawancara, Miss F mengatakan bahwa guru bahasa
Inggris banyak, namun hanya sedikit yang berkualitas. Kalimat tersebut
menunjukkan bahwa dirinya cukup percaya diri untuk menjamin bahwa Beliau
percaya bahwa dirinya cukup berkualitas. Ditambah lagi dengan cerita tentang
beberapa pengalamannya dengan para siswanya (siswa yang tetap menjaga hubungan
dengannya, siswa yang berubah dari malas menjadi semangat untuk mengikuti
perlombaan). Kepercayaan akan dirinya tidak berlebihan. Cukup logis dan
realistis karena disertai bukti.
c.
Kemampuan
berkomunikasi dengan siswa dan anak-anak muda.
Dari hasil wawancara,
saya merasa bahwa Miss F memiliki
kemampuan komunikasi yang baik meskipun usia kami berbeda cukup jauh (20 tahun)
namun Beliau menggunakan kata-kata yang tidak seperti usianya. Beliau mudah
akrab dengan para siswanya. Bahkan dari hasil wawancara, ternyata memang banyak
siswanya yang terkecoh dengan usianya, Beliau masih sering membahas Korean Wave atau makan bersama para siswanya. Ini menunjukkan kemampuan
komunikasi dengan anak
muda juga sangat baik.
2.
Danim
(2010, h. 9) memberikan beberapa contoh gambaran guru yang baik dan diterima
secara menyenangkan oleh siswanya, beberapa contoh tersebut ada pada diri Miss F, di antaranya adalah :
a.
Mengetahui
nama siswa dan memanggil mereka dengan nama
Miss
F selalu mencoba untuk menghafal nama siswa-siswanya. Hal ini dibuktikan dari
hasil wawancara di mana Beliau menceritakan tentang pengalamannya ketika SD dan
SMP di mana sang guru sangat peduli dan mengingat nama siswanya. Dan hal itu
memotivasi Beliau untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh
sang guru agar dapat menjadi lebih dekat lagi dengan para siswanya, karena
dengan dimulai dari hanya sebatas mengingat nama, siswa bisa merasa bahwa
gurunya memperhatikan dan peduli padanya.
b.
Memainkan
peran yang berbeda pada suasana dan kepentingan yang berbeda
Miss
F mampu menjadi guru sekaligus teman bagi siswanya. Ketika konteksnya di luar
jam belajar, Beliau mau untuk membahas Korean Wave ataupun makan bersama
siswanya. Namun ketika konteksnya belajar, Beliau juga mampu berperan sebagai
guru, di mana Beliau pada akhirnya berhasil menginspirasi siswanya untuk bisa
menjadi lebih baik dan tidak malas lagi.
3.
Berdasarkan
hasil kajian terhadap beberapa referensi, guru dengan kemampuan mengajar yang
unggul memiliki beberapa karakteristik (dalam hal keahlian pokok) (Danim, 2010,
h. 18) :
· Memiliki
pengetahuan tentang materi secara menyeluruh dan menunjukkan antusiasme yang
menular untuk itu
Miss
F adalah seorang guru bahasa Inggris. Meskipun bukan berasal dari Fakultas
Keguruan, namun Beliau cukup berkompeten dalam bidang bahasa Inggris, Beliau
lulusan dari S1 dan S2 Sastra Inggris. Antusiasmenya menular ditandai dengan
siswanya yang mau mengikuti perlombaan padahal sebelumnya siswa tersebut
terkenal sebagai siswa yang malas dan nakal.
·
Mengetahui
materi lebih jauh dari sekadar yang tertuang dalam buku teks
Miss
F lulusan dari S1 sastra Inggris, bahkan S2 nya juga di jurusan yang sama dan
fokus kepada Inggris terapan. Hal ini menunjukkan bahwa dirinya memahami materi
lebih jauh dari sekadar yang ada di buku teks
· Mendalami
secara kontinyu mata pelajaran, menganalisis sifat dan cakupan materi
pelajaran, dan mengevaluasi kualitas
Keputusan Miss F melanjutkan S2 di jurusan yang
sama dan mendalami Inggris terapan membuktikan bahwa dirinya terus mendalami
secara kontinyu mata pelajaran yang menjadi bidangnya. Dengan jurusan Inggris
terapan, pastinya Miss F akan terus
melakukan analisis karena terapan bersifat praktis maka butuh analisis yang
lebih untuk melakukannya.
4. Guru
yang memiliki perspektif adalah mereka yang berpengalaman dalam pengaturan
sekolah dan memiliki struktur konseptual untuk memahami peristiwa di dalam
kelas.
Miss
F dapat dikatakan guru yang berpengalaman karena telah menjadi pengajar selama
22 tahun. Beliau juga mampu memahami peristiwa yang ada di dalam kelas,
misalnya siapa saja yang menjadi anak nakal, anak bandel, anak malas, anak pintar,
anak pendiam. Karena dengan begitu Beliau tahu mana yang harus lebih
diprioritaskan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang menyebutkan bahwa
Beliau akan cenderung mendekati anak yang ekstrim ke negatif, dalam artian, siswa
yang bandel, nakal, diam, ataupun malas. Karena anak yang demikian itu
menurutnya bukanlah anak yang bodoh tetapi memiliki permasalahan.
5. Windsor
dan Rowland (2005) melakukan survei terhadap sekelompok administrator sekolah
mengenai calon guru yang diinginkan. Dari hasil survei ditemukan beberapa
karakteristik guru yang diinginkan (Danim, 2010, h. 31-32), sebagai berikut :
a.
Memiliki
kepribadian yang asli, tulus dan rendah hati
Dari hasil wawancara,
jelas diketahui bahwa Miss F
merupakan sosok guru yang sangat menyayangi siswanya. Karena ketulusannya
menyayangi siswanya yang membuat Beliau sulit untuk menjauh dari dunia
mengajar. Beliau juga tidak sungkan untuk menjadi teman bagi siswa-siswanya di
luar jam pelajaran.
b.
Memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik, tertulis dan lisan
Dari hasil wawancara
juga diketahui kemampuan berkomunikasi yang dimiliki Miss F cukup baik, Beliau bisa menjadi teman sekaligus guru yang
baik bagi para siswanya, hal ini tidak mungkin terlepas dari kemampuannya dalam
berkomunikasi dengan para siswanya.
c.
Menjadi
pendengar yang baik dan memahami apa yang dikomunikasikan dengannya
Miss
F bisa dikatakan merupakan pendengar yang baik, jika tidak, tidak mungkin
siswa-siswanya bisa menjadi sangat dekat dengannya, bahkan meskipun sudah lama
tidak diajarkan lagi oleh Beliau, namun hubungan yang terjalin tidak pernah
terputus. Itu menandakan Miss F bisa
menjadi pendengar yang baik. Apalagi diketahui bahwa Miss F bahkan mau membicarakan Korean
Wave dengan siswanya. Berarti Beliau memahami apa yang dikomunikasikan
siswa dengannya.
d.
Memiliki
sikap yang kooperatif
Dari hasil wawancara,
diketahui bahwa siswa Miss F
mengikuti perlombaan bahasa Inggris, otomatis Beliau merupakan orang yang
kooperatif sehingga siswa yang dulunya dikenal sebagai siswa yang malas mau
mengikuti perlombaan di mana Miss F
dipastikan akan menjadi guru pendampingnya.
e.
Memiliki
pandangan yang positif pada pengajaran, pembelajaran, dan siswa
Dari hasil wawancara
diketahui bahwa Miss F tidak mau
membeda-bedakan siapapun siswanya, agar kejadian seperti dirinya di masa SMA
tidak dirasakan oleh siswanya. Bahkan Beliau mau mendekati para siswa yang
ekstrim negatif, itu pertanda bahwa Beliau memiliki pandangan yang positif.
f.
Dapat
dipercaya dan diandalkan
Miss
F merupakan orang yang dipercaya dan diandalkan oleh siswanya, itu ditandai
dengan kemampuannya yang bisa menjadi sosok teman bagi para siswanya. Di
samping itu, Beliau juga mampu mengubah siswa-siswanya menjadi lebih baik,
mampu membuat siswa-siswanya menyayanginya seperti dia menyayangi siswanya. Ini
berarti bahwa Beliau adalah orang yang dapat dipercaya dan diandalkan.
g.
Memahami
apa yang dibutuhkan untuk menjadi guru yang efektif
Dengan bermodalkan
pengalaman semasa sekolah dan juga pengalaman mengajar selama 22 tahun,
pastinya Miss F memiliki pemahaman
mengenai apa yang dibutuhkan untuk menjadi guru yang efektif. Metodenya simple namun efeknya sangat terasa dan
tampak nyata.
h.
Dapat
mengelola siswa di dalam dan luar kelas
Miss
F mampu menginspirasi siswanya di dalam kelas. Mengubah para siswa menjadi
lebih termotivasi dan menuju lebih baik lagi. Di luar kelaspun Beliau mau
dijadikan teman bagi siswanya, ditandai dengan maunya Beliau untuk diajak makan
bersama dan tetap menjalin hubungan yang baik dengan siswa-siswanya.
i.
Memahami
materi pelajaran dengan baik dan dapat menyajikannya dengan menarik
Miss
F merupakan lulusan dari bidang bahasa Inggris yang sudah berada di level yang
tinggi, yaitu lulusan S2, berarti bahwa beliau telah memahami materi pelajaran
dengan baik. Dan Beliau pastinya dapat menyajikannya dengan menarik, hal ini
dibuktikan dengan mampunya Beliau menginspirasi siswanya mengikuti perlombaan.
6.
Ada
beberapa kualitas guru yang dianggap baik (Danim, 2010, h. 40), di antaranya
ialah :
a. Confidence
Miss
F cukup yakin dengan kemampuannya, dibuktikan dari cara Beliau menceritakan
bagaimana siswa-siswanya selalu menjaga hubungan baik dengannya, bagaimana dia
menyayangi siswa-siswanya, dan bagaimana dia mampu membawa siswanya menjadi
lebih termotivasi dan lebih baik lagi.
b.
Patience
Miss
F merupakan guru yang cukup sabar. Ditandai dengan tulusnya Beliau dalam
mengajar. Bahkan dia mau untuk mendekatkan diri dengan siswa yang cenderung
ekstrim negatif. Itu pertanda bahwa Beliau adalah orang yang cukup sabar.
c.
True
compassion for their students
Filosofi yang dimiliki Miss F dalam mengajar ialah karena dia
menyayangi siswa-siswanya. Ketulusan kasih sayangnya terhadap siswa tidak perlu
diragukan lagi. Bahkan hal inilah yang menjadi filosofi baginya.
d.
Understanding
Miss
F mampu memahami siswanya, misalnya, meskipun siswanya nakal dan malas, namun Miss F tetap berusaha untuk mengajar dan
mengubah para siswa menjadi lebih baik lagi, dan pada akhirnya berhasil. Itu
semua dikarenakan dia memahami bahwa siswanya bukan hal yang harus dihindari.
Mereka seperti itu karena pasti ada masalah pada diri mereka yang justru
harusnya sebagai seorang guru mampu memotivasi siswa, bukan malah menjauhi.
e.
The
ability to look at life in a different way and to explain a topic in a
different way
Miss
F memiliki cara tersendiri untuk mendekati siswanya, misalnya, metodenya ialah
memulai dengan mendekatkan secara afektif terlebih dahulu. Dia juga memiliki
fokus tersendiri yaitu lebih memfokuskan terlebih dahulu kepada anak-anak
pendiam, atau nakal, hal ini agar mempermudahnya untuk mengajar. Apabila siswa
telah nyaman dengannya, maka mereka juga akan nyaman dalam menyerap pelajaran
yang disampaikan.
f.
Dedication
to excellence
Miss
F berusaha untuk membuat siswanya memahami apa yang diajarkannya, apabila ada
siswa yang terlihat nakal, malas, atau pendiam, Beliau tidak langsung men-judge
bahwa anak tersebut bodoh, justru beliau semakin mencoba mendekati anak
tersebut, agar anak tersebut bisa menjadi lebih baik lagi.
g.
Unwavering
support
Hal ini terlihat dari
hasil wawancara yang menyebutkan bahwa saat siswanya tidak memenangkan
perlombaan dan terus merasa bersalah, Miss
F tidak menunjukkan kekecewaannya, justru terus menyemangati dan mengatakan
bahwa dia bahagia karena siswanya telah mau mencoba dan berusaha.
h.
Willingness
to help student achieve
Miss
F akan memperhatikan siswa-siswanya lebih intens khususnya yang malas, nakal,
atau pendiam. Hal ini bertujuan untuk menyemangati siswanya, bersedia membantu
siswanya. Dia tidak mengabaikan siswa-siswa yang seperti itu. Berarti dia
bersedia untuk menolong siswanya untuk mencapai sesuatu yang lebih baik lagi.
i.
Pride
in students accomplishments
Melihat siswanya
mengikuti perlombaan saja telah menjadi kebanggan tersendiri buatnya, mengingat
sang siswa yang sebelumnya adalah siswa yang malas. Meskipun tidak menang, tapi
Miss F tidak kecewa bahkan mendukung
dan menyemangati sang siswa yang merasa bersalah atas kekalahannya.
7. Salah
satu definisi yang terkait dengan pedagogi (Danim, 2010, h. 54), yaitu pengajaran.
Pengajaran adalah teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten
pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil.
Miss
F menggunakan metode mengajar yang diawali dengan timbulnya efek dari
keterikatan afektif antara guru dan siswa, kemudian dengan adanya efek dari
afektif tersebut, barulah Beliau mencoba mentransformasikan konten pengetahuan
dengan lebih mudah, karena pengaruh psikologis siswa yang merasa dipedulikan
dan ingin tampil baik dengan gurunya, hal ini merangsang anak untuk terus
menjadi lebih baik, dan dengan adanya jarak yang dekat antara dirinya dengan
siswa membuatnya mudah mengawasi siswa dan memfasilitasi sang siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil yaitu siswa mampu memahami pelajaran
dengan optimal.
8.
Praktik
pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas.
Juga meningkatkan kepercayaan siswa dan guru, memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah, serta membangun kepercayaan masyarakat atas kualitas
belajar dan mengajar (Danim, 2010, h. 55)
Proses
pembelajaran yang dilakukan Miss F menjurus pada praktis pedagogis yang
efektif. Di mana Beliau sangat mementingkan hubungan afektif dengan siswanya,
dengan membuat siswa nyaman akan keberadaannya, mengarah pada kesejahteraan
siswa itu sendiri, karena siswa akhirnya belajar dengan kondisi yang sejahtera
tanpa tekanan. Begitu juga dengan guru yang mendapatkan kebahagiaan tersendiri
atas hasil yang didapatkannya dari pengajaran yang diberikan oleh siswanya. Secara
otomatis, komunitas akhirnya mendapatkan dampak positif yaitu tercetaknya hasil
pengajaran dengan kualitas yang baik.
Hal
ini mungkin saja sejalan dengan hasil wawancara di mana Miss F mengatakan
pandangannya terhadap pendidikan berfokus pada tiga hal, sistem, kualitas
pendidik, dan fasilitas. Ketika kualitas pendidiknya baik, dalam hal ini Miss F
saya pikir merupakan salah satu pendidik yang berkualitas, Beliau mampu membuat
sebuah metode yang di sini dapat dikatakan sebagai sistem yang diberlakukannya
dalam mengajar para siswanya dengan pendekatan psikologis, membuat sebuah efek
yang sangat baik. Maka terlepas dari fasilitas yang memadai atau tidak,
fasilitas pada akhirnya memberikan pengaruh yang tidak sebesar kualitas maupun
sistem. Namun ketiganya adalah sejalan dan saling melengkapi.
Juga,
kepercayaan siswa dan guru pastinya akan terjalin dengan baik, ketika Miss F
berhasil menjalin hubungan yang dekat dengan siswanya, kepercayaan siswa terhadapnya
juga pasti akan meningkat, dan semakin mempermudah tujuan dari instansi terkait
yaitu menghasilkan siswa yang berilmu. Instansi yang dimaksud di sini bisa jadi
adalah tempat kursus di mana Miss F bekerja. Apabila Miss F berhasil mencetak
siswa yang berkompeten dan berkualitas, maka secara otomatis instansi tersebut
juga akan semakin bagus namanya dikenal di masyarakat.
Bab
IV
Kesimpulan
Dari hasil wawancara dan pembahasan di atas, dapat
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Miss
F adalah seorang guru berpengalaman dan berkualitas, mengingat dirinya telah
menjadi seorang pengajar selama 22 tahun.
2. Miss
F merupakan seorang guru yang cerdas, terdapat beberapa hal yang mencerminkan
seorang guru yang cerdas pada diri Miss
F, yaitu mampu menginspirasi dan memprovokasi siswa dengan baik, memiliki
integritas, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan siswa dan
anak muda.
3. Miss
F merupakan salah satu dari sekian banyak guru yang baik dan diterima secara
menyenangkan oleh siswanya, hal ini dikarenakan terdapat beberapa gambaran yang
ada pada Miss F, yaitu mengetahui
nama siswa dan memanggil mereka dengan nama, Beliau juga mampu memainkan peran
yang berbeda pada suasana dan kepentingan yang berbeda pula.
4. Miss
F dapat dikatakan sebagai guru dengan kemampuan mengajar yang unggul, dirinya
memiliki beberapa karakteristiknya, yaitu memiliki pengetahuan tentang materi
secara menyeluruh dan menunjukkan antusiasme yang menular untuk itu, mengetahui
materi lebih jauh dari sekadar yang ada dalam buku teks, serta melakukan pendalaman
secara kontinyu mengenai bidang yang digelutinya.
5. Miss
F adalah guru yang memiliki perspektif, di mana dia berpengalaman dalam
pengaturan pada proses pembelajaran dan memiliki struktur konseptual untuk
memahami peristiwa pada proses pembelajaran.
6. Miss
F merupakan sosok guru yang diinginkan, hal ini dikarenakan dirinya sesuai
dengan banyaknya karakteristik dari survei yang dilakukan oleh Windsor dan
Rowland (2005).
7. Miss
F memiliki 9 dari 10 kualitas guru yang dianggap baik, yaitu memiliki keyakinan
terhadap dirinya sendiri, kesabaran, rasa kasih sayang sejati terhadap
siswanya, memahami siswa, kemampuan melihat dan menjelaskan topik dengan cara
yang berbeda, dedikasi untuk menjadi unggul, memberikan dukungan, bersedia
membantu siswanya untuk meraih pencapaian, dan bangga terhadap prestasi yang
didapatkan siswanya.
8. Miss
F menerapkan pola pengajaran dengan pedagogi, di mana Beliau menggunakan teknik
dan metode kerja dengan konsep pedagogis dalam mentransformasikan konten
pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil.
9. Miss
F menggunakan praktik pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa,
guru, dan komunitas yang juga meningkatkan kepercayaan siswa dan guru,
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah, serta membangun
kepercayaan masyarakat atas kualitas belajar dan mengajar.
Bab V
Saran
Miss
F merupakan salah satu guru yang patut dijadikan sebagai seorang yang
diteladani. Beliau menggunakan metode yang simple namun menghasilkan hasil yang
sangat positif bagi siswa-siswanya. Sudah selayaknya seorang guru memberikan
kasih sayang yang tulus kepada siswanya. Pendekatan psikologis yang berfokus
pada keterikatan di aspek afektif dapat dijadikan salah satu metode bagi
guru-guru yang ada di Indonesia untuk mencetak siswa yang berkualitas. Miss F merupakan guru yang baik, berkualitas,
dan berpengalaman. Namun bukan berarti dirinya tidak memiliki kekurangan. Namun
menjadikannya sebagai salah satu panutan merupakan keputusan yang cukup bijak,
mengingat metode dan pendekatan yang digunakannya cukup simple meskipun tidak semua orang dapat berhasil melakukannya.
Daftar
Pustaka
Danim, Sudarwan & Khairil.
2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta