Senin, 21 Oktober 2013

Pengalaman Mengenai Peran Kultur Terhadap Proses Belajar - Teori Vygotsky

Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang berasal dari hubungan sosial dan kultur. Baik itu kultur individual maupun hubungan pendidikan dengan perkembangan berperan penting dalam perkembangan kognitif karena memberi dasar untuk menyimpulkan asumsi dasar tentang pembelajaran. Menurut Vygotsky, kultur bukan hanya memberi latar untuk pengembangan kognitif individual. Kultur juga memberi simbol-simbol kultural (perangkat psikologis) dan anak belajar berpikir dengan bentuk penalaran ini.

Paragraf di atas menyadarkan saya bahwa memang kultur yang ada di kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh akan perilaku dan proses pembelajaran saya. Seperti beberapa posting saya sebelumnya, kali ini lagi-lagi saya akan memberikan contoh berupa pengalaman saya ketika berada di bangku Sekolah Menengah Atas. Seperti yang sudah sering saya beritahukan bahwa dulu saya menjalani pendidikan dengan sistem boarding school dimana saya tidak hanya menimba ilmu saja di sekolah tersebut, tapi saya menghabiskan enam dari tujuh hari yang saya miliki setiap minggunya dengan tinggal di asrama. Tentunya dengan latar belakang kehidupan sekolah yang seperti ini, proses pembelajaran sayapun menjadi berbeda dengan siswa yang bersekolah di SMA reguler.

Dengan atau tanpa saya sadari, sedikit banyaknya sistem sekolah yang demikian membuat saya menjadi terbiasa dengan pola hidup dan pola pembelajaran yang disesuaikan dengan kultur tersebut. Di SMA saya, kami dituntut untuk menghabiskan waktu belajar tidak hanya dari pagi hingga siang hari, tetapi pagi hingga malam hari yang dibagi menjadi tiga sesi, yaitu sesi sekolah biasa (seperti sekolah reguler, pagi hingga siang), sesi pengayaan (bimbingan belajar di sore hari namun wajib diikuti seluruh siswa), dan belajar mandiri (belajar bersama kelompok yang sudah dibagikan oleh guru dan dilaksanakan pada malam hari dari pukul 21.00 hingga 23.00). Dengan terbiasanya saya menghabiskan waktu dengan pola belajar yang seperti ini pada akhirnya membuat saya tidak terlalu sulit beradaptasi dengan sistem perkuliahan saat ini di Fakultas Psikologi USU yang bahkan ada jadwal kuliah hingga sore hari atau menghabiskan waktu membuat tugas hingga larut malam. Karena sejak SMA saya sudah terbiasa belajar di kelas atau mengerjakan tugas hingga sore atau malam hari.

Tidak hanya itu, karena saat SMA saya sudah terbiasa melakukan tugas tidak hanya secara individual, tetapi kami juga dibiasakan mengerjakan tugas secara berkelompok, dan juga dikarenakan terbiasa berbagi kehidupan di asrama bersama siswa-siswa lainnya, sehingga tidak terlalu sulit bagi saya beradaptasi dengan sistem perkuliahan yang menuntut kita mampu bekerja dalam kelompok, dan mudah beradaptasi dengan kehidupan berkelompok. Proses pembelajaran seperti itu mudah saya jalani dikarenakan pengaruh kultur yang saya miliki sebelumnya ketika SMA yang mmbantu saya saat menjalani masa-masa perkuliahan. Dengan demikian cukup jelas bahwa memang kultur individu mempengaruhi proses pembelajaran seseorang.

Referensi : Gtedler, Margaret E. (2011). Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar