Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Tugas posting-an ini bisa dikatakan cukup terlambat dari waktu deadline yang seharusnya. Bukannya beralibi, tapi LUPA bisa disebut sebagai alasan yang cukup klise namun mampu menjelaskan kenapa keterlambatan ini terjadi *sigh* Mungkin keenakan liburan (jadi ingat, selamat hari raya idul adha semuanyaaaa ~), jadi kelupaan untuk posting tugas kali ini padahal udah selesai dikerjain -_-
Oke,
tanpa banyak basa-basi, langsung ke poin utama dari posting-an kali ini. Apalagi kalau bukan pembahasan teori
berdasarkan pengalaman. Dan kali ini tokoh serta teori yang diangkat adalaaaaah
... (backsound: jreng jreng jreng)
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Orang-orang yang berkecimbung
(bahasanya -__-) di dunia psikologi atau pendidikan pasti tidak asing lagi
dengan nama Beliau kan. Iya kan iyaa kannnn ~~~ (maksa K)
Jean Piaget. Nama tersebut mungkin akan sangat melekat dengan
teori yang sering dijumpai di dunia pendidikan. Beliau memang terkenal dengan
teori perkembangan kognitif di mana teorinya berfokus untuk menemukan asal
muasal logika alamiah dan tranformasinya dari satu bentuk penalaran ke
penalaran lainnya yang dibangun oleh individu pada berbagai fase perkembangan
kognitif.
Terdapat
empat faktor esensial yang mempengaruhi transformasi dari satu bentuk penalaran
ke bentuk lainnya, yaitu:
1. Lingkungan
2. Kematangan
3. Pengaruh sosial
4. Suatu proses yang dinamakan ekuilibrasi yang
berfungsi untuk mempertahankan fungsi kecerdasan ketika melakukan transformasi
besar
Dalam
teorinya Piaget membagi empat periode tahapan perkembangan kognitif. Tahapan
ini dibagi berdasarkan usia individu. Tahapan ini tidak sesuai dengan dengan
tujuan awal karyanya. Tahap ini merepresentasikan jenis isu-isu logika yang
bisa ditangani anak pada fase tertentu dalam perkembangannya. Dalam tahap ini
juga Piaget merefleksikan perubahan kesadaran anak tentang proses berpikirnya
sendiri. Ia mengidentfikasi tiga peringkat (Pons&Harris, 2001), yaitu :
·
Peringkat
pertama, kesadaran praktis yang muncul pada periode sensorimotor
·
Peringkat kedua,
kesadaran konseptual diasosiasikan dengan pemikiran operasional konkret
·
Peringkat
ketiga, kesadaran reflektif yang penting bagi perkembangan pemikiran
operasional formal
Periode Tahapan Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Tahap
|
Proses
Penalaran
|
Periode
Sensori Motor
(Kelahiran – 1
tahun)
|
Kecerdasan
prasimbolik dan praverbal berkaitan dengan perkembangan pola tindakan.
Inferensi dimulai ketika bayi mengembangkan relasi antar tindakan.
|
Periode
Praoperasional
(2-3 tahun
hingga 7-8 tahun)
|
Permulaan
sebagian pemikiran logis, namun pemikiran dan keputusan anak didasari pada
petunjuk perseptual.
|
Periode
Operasional Konkret
(7-8 tahun
hingga 12-14 tahun)
|
Berkembangnya
cara berpikir logis berhubungan dengan objek yang konkret. Anak mulai
mengembangkan beberapa kemungkinan dalam situasi secara sistematis.
|
Periode
Operasional Formal
(di atas 14
tahun)
|
Kapabilitas
untuk secara logis menangani situasi multifaktor mulai muncul. Penalaran
bergerak dari situasi hipotesis ke konkret.
|
Dulu,
pada saat saya baru lahir dan mungkin juga terjadi hampir pada semua bayi, ketika
ada yang menyentuh kulit bayi, maka secara refleks bagian tubuh tersebut akan
tersentak. Misalnya ibu saya menyentuh tangan saya, maka secara refleks saya
akan terbangun dan menggerakkan tangan saya tersebut. Setelah beberapa bulan
lahir, ketika saya sudah mampu bergerak dengan lebih leluasa, maka mulailah terbentuk
kebiasaan apabila tangan saya disentuh maka dengan refleks tangan saya akan
bergerak merespon dan kepala serta mata saya akan mengarah kepada objek yang
menyentuh saya. Tahapan inilah yang disebut dengan tahap sensorimotor.
Beranjak
ke periode berikutnya yaitu saat memasuki masa-masa di playgroup atau sebelum masuk TK, apabila saya membuat sesuatu yang
salah misalnya menumpahkan air secara sengaja ke lantai, lalu saya dimarahi
oleh orang rumah saya, maka saya berpikir bahwa mereka membenci saya apabila
saya menumpahkan air ke lantai sehingga saya tidak akan dibenci apabila saya
tidak melakukan hal tersebut. Menurut saya pada saat itu saya dibenci karena
saya menumpahkan air dengan sengaja, padahal sebenarnya saya dimarahi bukan
karena saya dibenci tetapi untuk menghindari saya akan terpeleset apabila ada
air di lantai. Saat itu saya belum mampu memikirkan hal tersebut. Itulah bukti
bahwa pada usia tersebut periode perkembangan kognitif saya masih di tahap
kedua.
Pada
periode ketiga sangat jelas saya alami pada saat belajar matematika di bangku
Sekolah Dasar. Guru menjelaskan mengenai bentuk-bentuk bangun datar dan bangun
ruang. Saya dapat mengatakan bahwa bangun tersebut merupakan bentuk kubus pada
saat guru menunjukkan contoh yaitu kotak kapur misalnya. Namun pada saat guru
menjelaskan suatu bentuk dengan kata-kata dan buka berupa gambar atau benda,
sulit bagi saya membayangkannya.
Masuk
ke periode terakhir dari teori Piaget mulai berlangsung saat masa-masa pubertas
dulu, saat pertama-tama mulai mengenal rasa suka terhadap lawan jenis. Secara
jelas, rasa suka atau perasaan cinta tidak memiliki bentuk konkret yang dapat
dilihat dengan jelas oleh mata kita. Namun, saya paham ketika tiba-tiba saya
merasa deg-degan, malu, dsb di depan lawan jenis, maka hal tersebut dapat saya
pahami dengan sendirinya dapat terjadi karena saya sedang menyukai orang tersebut
atau sedang jatuh cinta.
Dari
pengalaman dan teori yang terjabarkan di atas, dapat kita sadari bahwa
sesungguhnya setiap individu akan mengalami periode-periode perkembangan
kognitif tersebut. Begitu juga dengan saya. Apabila saya mengingat kembali
masa-masa kecil saya hingga sekarang, saya dapat menyimpulkan bahwa saya dengan
pasti telah melalui tiap periode-periode dari awal hingga periode ke empat,
karena memang usia saya yang saat ini sudah mencapai 21 tahun (curhat -_-)
Referensi
: Gtedler, Margaret E. (2011). Learning
and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar