TEORI
KOGNITIF-SOSIAL ALBERT BANDURA
Akhirnya sampai juga ke materi yang satu ini.
Orang-orang yang berkecimpung (?) di dunia Psikologi pasti sangat familiar
dengan nama Albert Bandura. Beliau
merupakan salah satu dari sekian banyak tokoh Psikologi. Dan teori beliau
mengenai kognitif sosial (social learning)
juga sangat mendunia. Salah satu teori yang dari semester awal sampai semester
akhir perkuliahan, bahkan di keseharian kitapun sangat dekat dengan teori ini.
Jadi pastinya sangat banyak hal-hal di kehidupan kita yang sesuai dengan teori
milik Bandura ini.
Teori kognitif-sosial dari Albert Bandura berusaha
menjelaskan belajar dalam latar naturalistik. Lingkungan sosial memberi banyak
kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan yang
kompleks melalui observasi perilaku model dan konsekuensi behavioral. Asumsi
dasar teori ini berkaitan dengan hakikat belajar dan hasil belajar.
Berikut ini beberapa asumsi teori belajar
kognitif-sosial:
1.
Pemelajar dapat
:
a.
Mengabstaksi
informasi dari pengamatan terhadap orang lain
b.
Membuat
keputusan tentang perilaku yang akan dijalankan
2.
Tiga cara relasi
yang saling terkaitt antara perilaku/ behavior
(B), lingkungan/ environment (E), dan
kejadian personal internal/ person
(P) akan menjelaskan belajar.
3.
Belajar adalah
akuisisi representasi simbolik dalam bentuk kode verbal atau visual.
Dalam latar naturalistik, individu mempelajari
perilaku baru melalui observasi atau model serta akibat dari tindakannya.
Komponen belajar yaitu :
a.
Model behavioral
b.
Konsekuensi dari
perilaku
c.
Proses internal
pemelajar
d.
Keyakinan akan
ketangguhan diri si pemelajar
Pada kesempatan kali ini saya akan berfokus pada
model behavioral. Modelling merupakan
salah satu dari beberapa istilah yang familiar dari teori ini. Proses belajar
secara modelling sangat erat
kaitannya dengan pembelajaran kita dikehidupan sehari-hari baik sadar maupun
tanpa disadari, teori ini memberikan pengaruh dalam perilaku kita.
Berikut ini pengalaman pribadi saya yang berkaitan
dengan teori Bandura yaitu modelling
:
Kebetulan saat SMA dulu saya bersekolah di boarding school dimana sistem yang
dipakai berupa semi pesantren dan semi militer. Saya yang awalnya berasal dari
salah satu SMP di Medan harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang saya
anggap cukup berbeda jauh dari apa yang biasa saya lakukan. Di SMA, kami
dituntut untuk berpakaian tertutup dan sopan. Dalam pemikiran saya saat itu,
memakai baju tangan panjang dan tidak ketat sepanjang paha, celana panjang
jenis jeans yang tidak terlalu ketat,
dan jilbab yang biasa disebut jilbab paris, merupakan pakaian yang dikategorikan
sebagai pakaian tertutup dan sopan. Betapa terkejutnya saya ketika mendapat
teguran dari salah seorang guru yang melihat pakaian saya tersebut dan
mengatakan bahwa saya harus mengganti sesuai dengan yang diminta oleh sekolah.
Saya bingung dengan maksud dari peraturan tersebut. Namun seiring berjalannya
waktu dan melihat cara berpakaian beberapa orang siswa lainnya, saya akhirnya
mulai memahami maksud dari berpakaian tertutup dan sopan. Karena ternyata yang
dimaksudkan adalah berpakaian yang tidak ketat dan panjang, menggunakan celana
kain goyang atau rok, dan memakai jilbab tebal atau berlapis sehingga tidak
tembus pandang.
Dari potongan pengalaman di atas dapat dikatakan
bahwa saya mengalami proses belajar yaitu modelling dimana secara definisi
fungsional, modelling terdiri dari
serangkaian stimulus yang terorganisasi yang dapat diserap pengamat dan
pengamat dapat menjalankannya berdasarkan pokok informasi. Ada dua macam model
utama yaitu model nyata (keluarga, teman, rekan kerja, maupun individu lain
yang berhubungan langsung dengan pengamat) serta model simbolik (televisi,
film, maupun situasi yang merupakan gambaran representasi perilaku dan tidak
berhubungan secara langsung dengan pengamat).
Pengalaman di atas berasal dari model nyata yaitu
teman-teman seasrama yang setiap hari berhubungan langsung dengan saya yaitu
bersama-sama belajar di kelas yang sama, berada di asrama yang sama, maupun
menghabiskan waktu selama 6 hari dalam seminggu bersama-sama hidup di sekolah.
Interaksi langsung dengan mereka membuat saya pada akhirnya me-modelling
perilaku berpakaian mereka untuk membuat saya memahami bagaimana cara
berpakaian yang baik sesuai dengan peraturan. Dengan adanya model perilaku dari
mereka, saya belajar untuk berperilaku yang sesuai dengan mereka sehingga saya
tidak salah dalam berpakaian dan tidak mendapat teguran lagi dari guru.
Hal ini sesuai dengan fungsi dari modelling, yaitu :
1.
Berfungsi
sebagai petunjuk untuk meniru perilaku orang lain.
2.
Memperkuat atau
memperlemah sikap menahan diri untuk melakukan tindakan tertentu
3.
Menunjukkan pola
perilaku baru
Dalam mengetahui bagaimana cara berpakaian yang
sesuai dengan peraturan yang diberlakukan sekolah, saya meniru bagaimana
teman-teman saya yang tidak mendapatkan teguran dalam berpakaian, sehingga
dengan meniru mereka, saya mengetahui bagaimana cara berpakaian yang sesuai
dengan yang diharapkan sekolah. Setelah saya meniru dan berpakaian yang benar, feedback dari guru (jika masih salah
maka mendapat teguran, jika benar maka tidak mendapat teguran lagi) dapat
memperkuat atau memperlemah perilaku berpakaian saya. Dan akhirnya ketika cara
berpakaian saya telah benar (ditandai dengan tidak ditegur lagi), maka saya
akan melakukan pola perilaku yang baru berupa cara berpakaian yang tidak
menyalahi aturan lagi.
Pengalaman di atas membuktikan bahwa sesungguhnya
perilaku yang kita alami sehari-hari sangatlah berkaitan dengan teori
kognitif-sosial. Bahkan sebenarnya masih banyak lagi kejadian-kejadian yang
juga sesuai dengan teori ini karena teori Bandura berfokus pada latar
naturalistik yang terjadi di sekitar kita yaitu lingkungan sosial.
Referensi
: Gtedler, Margaret E. (2011). Learning
and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar