Minggu, 08 September 2013

TINJAUAN

TINJAUAN

Kekuatan manusia untuk mengubah dirinya sendiri, yakni untuk belajar, mungkin merupakan aspek yang paling mengesankan dari diri manusia (Thorndike, 1931, h.3)
           
Gunakan waktumu untuk meningkatkan diri dengan tulisan-tulisan orang lain, agar kamu bisa dengan mudah mendapatkan apa yang telah didapatkan orang lain dengan kerja keras. Kalimat tersebut mungkin dapat menjadi salah satu kalimat luar biasa yang membuat kita harusnya sadar bahwa belajar merupakan satu hal yang seharusnya tak henti kita lakukan demi menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu, serta dapat membawa kita ke gerbang kesuksesan. Belajar. Sebuah kata yang layaknya tidak asing lagi kita dengarkan di kehidupan sehari-hari. Namun tahukah kita sesungguhnya apa itu yang dinamakan dengan belajar?

Belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Namun, kapasitas belajar merupakan karakteristik yang mampu membedakan manusia dengan makhluk lainnya (Goldberg, 2001). Aktivitas kognitif yang sering kita sebut belajar sangat berkaitan dengan 3 aspek unik dari kecerdasan manusia, yaitu:
1.      Manusia mampu mempelajari penemuan, penciptaan, dan ide-ide dari pemikiran besar dan ilmuwan besar di masa lampau (pengalaman yang diwariskan; Vygotsky, 1924/1979).
2.      Individu mampu mengembangkan pengetahuan tentang tempat dan kejadian yang belum pernah mereka alami secara personal melalui pengalaman milik orang lain (pengalaman sosial).
3.      Dan yang terakhir, manusia menyesuaikan lingkungan dengan diri mereka, tidak hanya beradaptasi dengan lingkungannya (pengalaman yang diulang).

Lalu, beberapa pertanyaanpun akhirnya muncul.

Apa Peran Belajar Dalam Kehidupan Sehari-Hari ?

Studi belajar bukanlah sekadar latihan akademik, tapi merupakan aspek penting baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, studi tentang belajar dapat menjelaskan tentang pemerolehan berbagai kemampuan dan keterampilan, tentang strategi untuk menjalankan peran di dunia. Dan juga, kapasitas untuk belajar terus-menerus dapat memperkaya dan meragamkan gaya hidup.
Belajar adalah penting bagi masyarakat. Seperti yang dicatat Vygotsky (1924/1979) yaitu bertujuan mempelajari tentang nilai, bahasa, dan perkembangan kultur-pengalaman yang diwariskan. Belajar juga merupakan basis untuk kemajuan masyarakat di masa depan. Perkembangan diciptakan oleh individu yang didasari oleh kemampuan belajar dan kapasitas mereka untuk menciptakan penemuan baru yang dilanjutkan dari generasi ke generasi. Dan bagi pemelajar (learner) dapat mengkonstruksi makna untuk diri mereka sendiri dan dari konteks dimana mereka tinggal.

Seperti Apa Upaya Prateoretis untuk Menjelaskan Tentang Belajar?

Setiap generasi mencari penjelasan tentang realitas masa di saat mereka hidup. Keterbatasan metode yang dimiliki pada masa itu akhirnya membuat pemahamanpun menjadi terbatas. Di zaman dahulu, lahirnya kepercayaan akan mitos-mitos mengenai dewa mungkin dapat menjadi contoh yang dapat menjelaskan pengaruh dari keterbatasan-keterbatasan tersebut. Akan tetapi, mitos-mitos tersebut tidak memajukan pengetahuan manusia tentang kerja aktual dari fenomena alam dan lingkungan sosial. Pada akhirnya, mitos-mitos tersebut pelan-pelan digantikan oleh kebijakan tradisional dan sistem keyakinan yang terstruktur atau sering disebut dengan filsafat. Kemudian riset dan teori menjadi metode untuk mencari informasi tentang belajar.

Kebijakan Tradisional
Pepatah, peribahasa, dan ungkapan populer yang berasal dari pengalaman hiduo adalah kebijakan tradisional. Akan tetapi, terkadang problem dalam ungkapan tersebut mungkin ditafsirkan secara berbeda-beda dan tidak mencukupi sebagai pedoman untuk praktik pendidikan.

Filsafat
Filsafat adalah keyakinan yang terstruktur. Filsafat dimulai dengan pertanyaan: Apakah hakikat dari realitas? Kemudian dengan menggunakan logika dan penalaran, sang filsuf mendefinisikan term kebenaran, kebajikan, pengetahuan, belajar, dsb. Salah satu filsuf yang sangat terkenal yaitu Plato telah menyusun gagasan pikiran mengenai “idealisme” sebagai basis realitas dalam filsafatnya. Sedangkan Aristoteles mengembangkan pendapat yang berbeda yang dikenal sebagai “realisme”. Namun sayangnya “idealisme” dan “realisme” tersebut kurang berpengaruh terhadap praktik pendidikan. Akan tetapi, di akhir abad ke-20 muncul filsafat baru yang cukup berpengaruh, yang dikenal dengan “konstruktivisme”.

Pertumbuhan Riset
Meski riset dunia fisik dimulai sejak tahun 1500-an, tetapi riset terhadap proses psikologis masih ketinggalan. Kejadian yang mengawali riset psikologis adalah munculnya konsep empirisme ilmiah dan konsep perubahan dalam kemunculan spesies yang diperkenalkan oleh Darwin dan dimulai di laboratorium Wundt. Pada tahun 1920-an, teori belajar awal mulai bermunculan untuk memberikan kerangka bagi riset.

Apa Kriteria untuk Teori Belajar?

Satu aspek penting dari evaluasi teori belajar adalah menentukan sejauh mana teori memenuhi 4 kriteria, 3 diantaranya mendeskripsikan komponen esensial dari suatu teori. Tujuan utama dari pengaplikasian kriteria tersebut adalah untuk menghindari teori yang hanya mengungkapkan pengetahuan umum yang sudah lama (van der Verr & Valsiber, 1991, h.2).

Kriteria
Clark Hull (1935), mengidentifikasi 3 kriteria untuk setiap teori yaitu:
1.      Seperangkat asumsi yang eksplisit yang merupakan keyakinan dasar teoretisi tentang suatu fenomena yang akan dibahas.
2.      Suatu teori harus mencakup definisi yang eksplisit tentang istilah penting.
3.     Membentuk tubuh teori. Menurut Hull (1935), asumsi dasar dan definisi membentuk kerangka teori. Langkah selanjutnya bagi teoretisi adalah menarik preposisi (prinsip) spesifik dari asumsi yang dapat diuji melalui riset.
4.   Dan yang hanya berlaku untuk teori belajar, teori harus dapat menjelaskan dinamika psikologis dasar dari kejadian yang mempengaruhi belajar.

Perbandingan dengan Sumber Pengetahuan Lain
Peran teori belajar berbeda dengan filsafat dan model pengajaran.

Perbedaan antara filsafat dan teori

Filsafat
Teori
Tujuan
Berfungsi sebagai sistem nilai umum
Mengidentifikasi kejadian dunia nyata yang diperlukan untuk belajar
Kriteria Proposisi
Harus secara logis konsisten dengan definisi realitas dan hakikat pengetahuan
Harus dapat diuji melalui riset; independen dari definisi pengetahuan
Hakikat Pernyataan tentang Belajar
Rekomendasi umum yang dapat ditafsirkan secara berbeda-beda
Prinsip belajar yang spesifik dan identifikasi peristiwa yang mendukung belajar

Apa Fungsi Teori Belajar?

Fungsi Umum
Fungsi umum teori belajar antara lain adalah:
1.      Sebagai kerangka riset.
2.      Memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi.
3.      Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks.
4.      Mengorganisasi pengalaman sebelumnya.
5.      Bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa.

Fungsi Khusus
Fungsi khusus teori belajar antara lain adalah:
1.      Sebagai pedoman perencanaan instruksi.
2.      Mengevaluasi produk untuk digunakan di keas dan praktik belajar langsung.
3.      Mendiagnosa problem dalam instruksi di kelas.
4.      Mengevaluasi riset berdasarkan teori.

Ada beberapa kejadian yang mempengaruhi perkembangan teori belajar, diantaranya adalah:
1.      Pergeseran dari laboratorium ke ruang kelas (1950-1975)
2.      Tumbuhnya psikologi kognitif (1975-1990)
3.      Tumbuhnya faktor pribadi, sosial, dan kultural dalam belajar (1980-sekarang)

Apa Itu Filsafat yang Disebut Konstruktivisme?

Konstruktivisme secara umum berfokus pada sifat pengetahuan, menyisihkan peran dari realitas eksternal dalam membentuk keyakinan (Phillips, 1997, h.85) sehingga memberikan peran yang besar pada proses sosial yang berfungsi sebagai kriteria untuk menentukan konten pengetahuan. Pandangan konstuktivis terhadap sifat atau hakikat pengetahuan ada perspektif konstruktivis-sosial karena proses sosial berperan penting menentukan pengetahuan. Ada dua variasi dari konstruktivisme namun subkelompok yang menimbulkan kontroversi terbesar dan mempengaruhi sifat sains dan pendidikan adalah aliran konstruktivisme sosial radikal (Phillips, 1997, 2000b; Slezak, 2000).

Konstruktivisme Sosial Radikal
Perspektif radikal ini mengatakan bahwa pengetahuan sepenuhnya dibentuk dari relasi sosial. Objek di alam bukan bagian dari realitas pra-eksistensi eternal. Manusia mengkonstruksi objek dalam penelitian mereka.

Kritik
Ada beberapa masalah di dalam konstruktivism sosial yang diidentifikasi oleh para sarjana, yaitu :
1.     Pendapat ini berada di luar studi sosiologis yang membahas efek dari fenomena sosial periferal (seperti politik instutisional) yang mengitari lahirnya ilmu pengetahuan (Slezak, 2000,h. 98).
2.   Konstruktivisme sosial radikal tidak menggunakan penalaran atau bukti fisik/ ilmiah sebagai kriteria untuk mengembangkan dan memverifikasikan teori (Matthews, 2000; Phillips, 1997, h.93; Slezak, 2000).

Dan ada 4 kritik terhadap konstruktivisme sosial radikal menyangkut implikasi terhadap pendidikan ilmiah, yaitu:
1.  Jika pengetahuan merupakan produk dari konvensi, maka ide-ide merefleksikan konformitas terhadap konsensus sosial.
2.   Tidak akan diperlukan usaha membahas pemikiran kritis independen, yang oleh banyak pihak dianggap penting bagi kelangsungan hidup bermasyarakat.
3.      Tidak akan ada basis untuk mengevaluasi kesalahan atau kemustahilan sebuah teori atau mengevaluasi teori yang menolak proses ilmiah.
4.   Menggunakan konsensus sebagai kriteria penerimaan ide akan memungkinkan ideologi atau kepentingan kelompok mendikte kebijakan pendidikan.
           
Apa itu Konstruktivisme Edukasional?

Ada 4 variasi kostruktivisme edukasional :
a.       Konstruktivisme pribadi atau individual
Merupakan pandangan radikal karena keyakinan dasarnya adalah realitas tidak dapat diakses oleh pengetahuan manusia (von Glaserfield, 1995). Konstruktivisme pribadi berasal dari teori perkembangan kognitif Jean Piaget.
b.      Konstruktivisme sosial
Konstruktivis sosial percaya bahwa pengetahuan adalah transaksional, dikonstruksi secara sosial, dan didistribusikan ke sesama partisipan. Apprenticeship (pemagangan) merupakan salah satu pendapat konstruktivis sosial dimana pengetahuan diletakkan dalam relasi antarpraktisi.
c.       Konstruktivisme filosofis
d.      Konstruktivisme afilosofis
Tidak memberikan asumsi tentang sifat pengetahuan.



Referensi : Gtedler, Margaret E. (2011). Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana



Jangan berhenti untuk mengejar ilmu dan terusnya belajar, berusaha, dan berkarya ^^

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar