TINJAUAN
Kekuatan manusia untuk mengubah dirinya sendiri,
yakni untuk belajar, mungkin merupakan aspek yang paling mengesankan dari diri
manusia (Thorndike, 1931, h.3)
Gunakan waktumu untuk meningkatkan diri dengan
tulisan-tulisan orang lain, agar kamu bisa dengan mudah mendapatkan apa yang
telah didapatkan orang lain dengan kerja keras. Kalimat
tersebut mungkin dapat menjadi salah satu kalimat luar biasa yang membuat kita
harusnya sadar bahwa belajar merupakan satu hal yang seharusnya tak henti kita
lakukan demi menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu, serta dapat
membawa kita ke gerbang kesuksesan. Belajar.
Sebuah kata yang layaknya tidak asing lagi kita dengarkan di kehidupan
sehari-hari. Namun tahukah kita sesungguhnya apa itu yang dinamakan dengan belajar?
Belajar
(learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sebagai sesuatu yang
biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi
tugas yang kompleks. Namun, kapasitas belajar merupakan karakteristik yang
mampu membedakan manusia dengan makhluk lainnya (Goldberg, 2001). Aktivitas
kognitif yang sering kita sebut belajar sangat berkaitan dengan 3 aspek unik
dari kecerdasan manusia, yaitu:
1.
Manusia
mampu mempelajari penemuan, penciptaan, dan ide-ide dari pemikiran besar dan
ilmuwan besar di masa lampau (pengalaman yang diwariskan; Vygotsky, 1924/1979).
2.
Individu
mampu mengembangkan pengetahuan tentang tempat dan kejadian yang belum pernah
mereka alami secara personal melalui pengalaman milik orang lain (pengalaman
sosial).
3.
Dan
yang terakhir, manusia menyesuaikan lingkungan dengan diri mereka, tidak hanya
beradaptasi dengan lingkungannya (pengalaman yang diulang).
Lalu, beberapa
pertanyaanpun akhirnya muncul.
Apa Peran Belajar Dalam Kehidupan Sehari-Hari ?
Studi belajar
bukanlah sekadar latihan akademik, tapi merupakan aspek penting baik bagi
individu maupun masyarakat. Bagi individu, studi tentang belajar dapat
menjelaskan tentang pemerolehan berbagai kemampuan dan keterampilan, tentang
strategi untuk menjalankan peran di dunia. Dan juga, kapasitas untuk belajar
terus-menerus dapat memperkaya dan meragamkan gaya hidup.
Belajar adalah
penting bagi masyarakat. Seperti yang dicatat Vygotsky (1924/1979) yaitu
bertujuan mempelajari tentang nilai, bahasa, dan perkembangan kultur-pengalaman
yang diwariskan. Belajar juga merupakan basis untuk kemajuan masyarakat di masa
depan. Perkembangan diciptakan oleh individu yang didasari oleh kemampuan
belajar dan kapasitas mereka untuk menciptakan penemuan baru yang dilanjutkan
dari generasi ke generasi. Dan bagi pemelajar (learner) dapat mengkonstruksi makna untuk diri mereka sendiri dan
dari konteks dimana mereka tinggal.
Seperti Apa Upaya Prateoretis untuk Menjelaskan
Tentang Belajar?
Setiap generasi
mencari penjelasan tentang realitas masa di saat mereka hidup. Keterbatasan
metode yang dimiliki pada masa itu akhirnya membuat pemahamanpun menjadi
terbatas. Di zaman dahulu, lahirnya kepercayaan akan mitos-mitos mengenai dewa
mungkin dapat menjadi contoh yang dapat menjelaskan pengaruh dari
keterbatasan-keterbatasan tersebut. Akan tetapi, mitos-mitos tersebut tidak
memajukan pengetahuan manusia tentang kerja aktual dari fenomena alam dan
lingkungan sosial. Pada akhirnya, mitos-mitos tersebut pelan-pelan digantikan
oleh kebijakan tradisional dan sistem keyakinan yang terstruktur atau sering
disebut dengan filsafat. Kemudian riset dan teori menjadi metode untuk mencari
informasi tentang belajar.
Kebijakan
Tradisional
Pepatah,
peribahasa, dan ungkapan populer yang berasal dari pengalaman hiduo adalah
kebijakan tradisional. Akan tetapi, terkadang problem dalam ungkapan tersebut
mungkin ditafsirkan secara berbeda-beda dan tidak mencukupi sebagai pedoman
untuk praktik pendidikan.
Filsafat
Filsafat adalah
keyakinan yang terstruktur. Filsafat dimulai dengan pertanyaan: Apakah hakikat
dari realitas? Kemudian dengan menggunakan logika dan penalaran, sang filsuf
mendefinisikan term kebenaran, kebajikan, pengetahuan, belajar, dsb. Salah satu
filsuf yang sangat terkenal yaitu Plato telah menyusun gagasan pikiran mengenai
“idealisme” sebagai basis realitas dalam filsafatnya. Sedangkan Aristoteles mengembangkan
pendapat yang berbeda yang dikenal sebagai “realisme”. Namun sayangnya
“idealisme” dan “realisme” tersebut kurang berpengaruh terhadap praktik
pendidikan. Akan tetapi, di akhir abad ke-20 muncul filsafat baru yang cukup
berpengaruh, yang dikenal dengan “konstruktivisme”.
Pertumbuhan
Riset
Meski riset
dunia fisik dimulai sejak tahun 1500-an, tetapi riset terhadap proses
psikologis masih ketinggalan. Kejadian yang mengawali riset psikologis adalah
munculnya konsep empirisme ilmiah dan konsep perubahan dalam kemunculan spesies
yang diperkenalkan oleh Darwin dan dimulai di laboratorium Wundt. Pada tahun
1920-an, teori belajar awal mulai bermunculan untuk memberikan kerangka bagi
riset.
Apa Kriteria untuk Teori Belajar?
Satu aspek
penting dari evaluasi teori belajar adalah menentukan sejauh mana teori
memenuhi 4 kriteria, 3 diantaranya mendeskripsikan komponen esensial dari suatu
teori. Tujuan utama dari pengaplikasian kriteria tersebut adalah untuk
menghindari teori yang hanya mengungkapkan pengetahuan umum yang sudah lama
(van der Verr & Valsiber, 1991, h.2).
Kriteria
Clark Hull
(1935), mengidentifikasi 3 kriteria untuk setiap teori yaitu:
1.
Seperangkat
asumsi yang eksplisit yang merupakan keyakinan dasar teoretisi tentang suatu
fenomena yang akan dibahas.
2.
Suatu
teori harus mencakup definisi yang eksplisit tentang istilah penting.
3. Membentuk
tubuh teori. Menurut Hull (1935), asumsi dasar dan definisi membentuk kerangka
teori. Langkah selanjutnya bagi teoretisi adalah menarik preposisi (prinsip)
spesifik dari asumsi yang dapat diuji melalui riset.
4. Dan
yang hanya berlaku untuk teori belajar, teori harus dapat menjelaskan dinamika
psikologis dasar dari kejadian yang mempengaruhi belajar.
Perbandingan
dengan Sumber Pengetahuan Lain
Peran teori
belajar berbeda dengan filsafat dan model pengajaran.
Perbedaan antara
filsafat dan teori
Filsafat
|
Teori
|
|
Tujuan
|
Berfungsi sebagai sistem nilai umum
|
Mengidentifikasi kejadian dunia nyata
yang diperlukan untuk belajar
|
Kriteria Proposisi
|
Harus
secara logis konsisten dengan definisi realitas dan hakikat pengetahuan
|
Harus
dapat diuji melalui riset; independen dari definisi pengetahuan
|
Hakikat Pernyataan tentang Belajar
|
Rekomendasi umum yang dapat
ditafsirkan secara berbeda-beda
|
Prinsip belajar yang spesifik dan
identifikasi peristiwa yang mendukung belajar
|
Apa Fungsi Teori Belajar?
Fungsi Umum
Fungsi umum
teori belajar antara lain adalah:
1.
Sebagai
kerangka riset.
2.
Memberikan
kerangka organisasi untuk item-item informasi.
3.
Mengidentifikasi
sifat dari peristiwa yang kompleks.
4.
Mengorganisasi
pengalaman sebelumnya.
5.
Bertindak
sebagai penjelasan kerja dari peristiwa.
Fungsi Khusus
Fungsi khusus
teori belajar antara lain adalah:
1.
Sebagai
pedoman perencanaan instruksi.
2.
Mengevaluasi
produk untuk digunakan di keas dan praktik belajar langsung.
3.
Mendiagnosa
problem dalam instruksi di kelas.
4.
Mengevaluasi
riset berdasarkan teori.
Ada beberapa
kejadian yang mempengaruhi perkembangan teori belajar, diantaranya adalah:
1.
Pergeseran
dari laboratorium ke ruang kelas (1950-1975)
2.
Tumbuhnya
psikologi kognitif (1975-1990)
3.
Tumbuhnya
faktor pribadi, sosial, dan kultural dalam belajar (1980-sekarang)
Apa Itu Filsafat yang Disebut Konstruktivisme?
Konstruktivisme secara umum berfokus pada sifat
pengetahuan, menyisihkan peran dari realitas eksternal dalam membentuk
keyakinan (Phillips, 1997, h.85) sehingga memberikan peran yang besar pada
proses sosial yang berfungsi sebagai kriteria untuk menentukan konten
pengetahuan. Pandangan konstuktivis terhadap sifat atau hakikat pengetahuan ada
perspektif konstruktivis-sosial karena proses sosial berperan penting
menentukan pengetahuan. Ada dua variasi dari konstruktivisme namun subkelompok
yang menimbulkan kontroversi terbesar dan mempengaruhi sifat sains dan
pendidikan adalah aliran konstruktivisme sosial radikal (Phillips, 1997, 2000b;
Slezak, 2000).
Konstruktivisme
Sosial Radikal
Perspektif
radikal ini mengatakan bahwa pengetahuan sepenuhnya dibentuk dari relasi
sosial. Objek di alam bukan bagian dari realitas pra-eksistensi eternal.
Manusia mengkonstruksi objek dalam penelitian mereka.
Kritik
Ada beberapa
masalah di dalam konstruktivism sosial yang diidentifikasi oleh para sarjana,
yaitu :
1. Pendapat
ini berada di luar studi sosiologis yang membahas efek dari fenomena sosial
periferal (seperti politik instutisional) yang mengitari lahirnya ilmu
pengetahuan (Slezak, 2000,h. 98).
2. Konstruktivisme
sosial radikal tidak menggunakan penalaran atau bukti fisik/ ilmiah sebagai
kriteria untuk mengembangkan dan memverifikasikan teori (Matthews, 2000;
Phillips, 1997, h.93; Slezak, 2000).
Dan ada 4 kritik terhadap
konstruktivisme sosial radikal menyangkut implikasi terhadap pendidikan ilmiah,
yaitu:
1. Jika
pengetahuan merupakan produk dari konvensi, maka ide-ide merefleksikan konformitas
terhadap konsensus sosial.
2. Tidak
akan diperlukan usaha membahas pemikiran kritis independen, yang oleh banyak
pihak dianggap penting bagi kelangsungan hidup bermasyarakat.
3.
Tidak
akan ada basis untuk mengevaluasi kesalahan atau kemustahilan sebuah teori atau
mengevaluasi teori yang menolak proses ilmiah.
4. Menggunakan
konsensus sebagai kriteria penerimaan ide akan memungkinkan ideologi atau
kepentingan kelompok mendikte kebijakan pendidikan.
Apa itu Konstruktivisme Edukasional?
Ada 4 variasi
kostruktivisme edukasional :
a.
Konstruktivisme
pribadi atau individual
Merupakan
pandangan radikal karena keyakinan dasarnya adalah realitas tidak dapat diakses
oleh pengetahuan manusia (von Glaserfield, 1995). Konstruktivisme pribadi
berasal dari teori perkembangan kognitif Jean Piaget.
b.
Konstruktivisme
sosial
Konstruktivis
sosial percaya bahwa pengetahuan adalah transaksional, dikonstruksi secara
sosial, dan didistribusikan ke sesama partisipan. Apprenticeship (pemagangan)
merupakan salah satu pendapat konstruktivis sosial dimana pengetahuan
diletakkan dalam relasi antarpraktisi.
c.
Konstruktivisme
filosofis
d.
Konstruktivisme
afilosofis
Tidak memberikan
asumsi tentang sifat pengetahuan.
Referensi
: Gtedler, Margaret E. (2011). Learning
and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar